IDXChannel – Profil dan sejarah BlackRock menarik perhatian usai terpantau memborong sejumlah saham emiten batu bara di Indonesia pada periode semester II/2022 ini.
BlackRock merupakan perusahaan manajemen investasi yang telah berkembang menjadi raksasa di bidang manajemen aset di seluruh dunia.
Perusahaan ini beroperasi dalam manajemen aset institusional, pendapatan tetap, dan manajemen risiko. Seperti halnya sebuah perusahaan investasi, BlackRock pun memutar dananya di berbagai instrumen mulai dari saham hingga obligasi.
Berdasarkan data Bloomberg, dana yang dikelola BlackRock hingga akhir tahun 2021 tercatat mencapai USD10 triliun atau sekitar Rp156 kuadriliun (kurs Rp15.560 per USD). Angka yang sangat gigantik hingga membuat BlackRock menjadi raksasa di bidang ini.
Berikut ini IDXChannel mengulas informasi lengkap mengenai profil dan sejarah BlackRock sebagai perusahaan manajemen aset terbesar di dunia.
Profil dan Sejarah BlackRock
BlackRock merupakan perusahaan yang asal Amerika Serikat yang berfokus pada industri jasa investasi. Perusahaan yang didirikan pada 1988 ini beroperasi di seluruh dunia. Sebagai perusahaan manajemen aset terbesar, BlackRock berhasil mengelola dana atau Aset Under Management (AUM) yang fantastis.
Bahkan, total AUM BlackRock disebut melampaui beberapa perusahaan sejenis yang cukup terkenal seperti Fidelity Management & Research. Dana kelolaan BlackRock yang mencapai USD10 triliun tersebut bahkan disebut-sebut setara dengan total aset yang dikelola oleh Sovereign Wealth Fund (SWF) di seluruh dunia. Hingga saat ini, BlackRock tercatat memiliki 70 kantor cabang yang tersebar di 30 negara di dunia.
Perusahaan ini didirikan oleh Larry Fink beserta Susan Wagner, Robert S. Kapito, Ben Golub, Barbara Novick, Ralph Schlosstein, Hugh Frater, dan Keith Anderson. Sebelum mendirikan perusahaan ini, Fink, Golub, Novick, dan Kapito bekerja untuk perusahaan yang bergerak di bidang manajemen aset dan investasi yakni First Boston.
Di perusahaan ini, Fink mulai membangun reputasi dan kariernya. Ia pun berhasil membangun kariernya dengan cepat. Tujuh tahun setelah bergabung di perusahaan ini, Fink pun berhasil menjadi anggota Komite Manajemen. Tak hanya itu ia juga menjadi Managing Director The First Boston Corporation.
Ia terus mengembangkan reputasinya dengan membangun Financial Futures and Options Department dan juga mengepalai Mortgage and Real Estate Products Group. Kariernya demikian cemerlang hingga membuatnya berhasil menjadi Kepala First Boston.
Sayangnya, ia harus mengalami kegagalan di tahun 1986. Departemen yang dipimpinnya harus mengalami kerugian hingga mencapai USD100 juta lantaran keliru dalam memprediksi tingkat suku bunga. Reputasi dan karier Larry Fink yang dibangun selama ini pun runtuh seketika.
Dua tahun kemudian, Fink pun meninggalkan First Boston pada 1988. Ia kemudian bertemu dengan Stephen Allen Schwarzman yang tengah tengah mengembangkan Blackstone.
Schwarzman kemudian mengajak Larry Fink untuk membangun perusahaan joint venture dengan nama Blackstone Financial Management.
Dengan dana awal sebesar USD5 juta, Fink pun berhasil membuat dana yang dikelola perusahaan tersebut membengkak hingga mencapai USD8 miliar. Belajar dari pengalaman kegagalannya di First Boston, Fink lebih berhati-hati dan cermat dalam dalam mengendalikan risiko pengelolaan dana di perusahaan tersebut.
Larry Fink kemudian bekerja sama dengan Pittsburg National Corporation (PNC). Perusahaan keuangan yang tengah aktif membeli perusahaan ini pun akhirnya mengambil alih Blackstone dari Schwarzman. Dengan nilai mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat, PNC pun berhasil membeli Blackstone dari Schwarzman.
Pada 1994, Blackstone Financial Management pun berubah menjadi BlackRock. Perusahaan kecil ini memulai perjalanannya hanya dengan delapan karyawan. Tak disangka, Blackrock kini berhasil menjadi perusahaan manajemen aset terbesar di dunia dengan dana kelolaan mencapai USD10 triliun.