sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

5 Fakta Bangkrutnya Silicon Valley Bank yang Bikin Dunia Ekonomi Geger

News editor Mohammad Yan Yusuf
13/03/2023 12:59 WIB
Fakta bangkrutnya Silicon Valley Bank begitu menyita perhatian. Bagaimana tidak, runtuhnya salah satu bank terbesar dunia itu merusak tatanan ekonomi.
5 Fakta Bangkrutnya Silicon Valley Bank yang Bikin Dunia Ekonomi Geger. (FOTO : MNC MEDIA)
5 Fakta Bangkrutnya Silicon Valley Bank yang Bikin Dunia Ekonomi Geger. (FOTO : MNC MEDIA)

IDXChannel - Fakta bangkrutnya Silicon Valley Bank begitu menyita perhatian. Bagaimana tidak, runtuhnya salah satu bank terbesar dunia itu merusak tatanan ekonomi.

Karena itu, menjadi penting bagaimana bank sebesar itu begitu runtuh secara mendadak. Apakah ini karena kesalahan bankir atau karena masalah lainnya.

Namun terlepas dari itu penasaran bukan bagaimana fakta bangkrutnya Silicon Valley Bank. Simak penjelasan yang kami himpun dari pemberitaan di Bloomberg dan beberapa media luar negeri lainnya. 

Apa Itu Silicon Valley Bank

Melansir wikipedia, Silicon Valley Bank (SVB) adalah bank komersial yang berkantor pusat di Santa Clara, California.

Bank ini lahir pada 1983 dengan yang terakhir CEO Gregory W. Becker. Bank ini juga diketahui menjadi bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat. 

Fakta Bangkrutnya Silicon Valley Bank

1. Bukan Bank Besar Pertama

Sejak berdiri pertama 1983, bank ini berkembang dengan pesat. Sejumlah perusahaan teknologi sempat menjadi mitra bisnis dari bank ini. 

Karenanya tidak heran pada 2021, SVB mengklaim dirinya sebagai bank untuk rintisan perusahaan Amerika. 

Terlepas itu, SVB masuk diantara 20 bank komersial teratas. Bahkan dalam data US Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). SVB beraset USD209 miliar pada tahun 2022. 

Terlepas dari itu, jatuh SVB begitu menggegerkan, sebab terjadi kurang dari 48 jam. Bahkan menjadi yang terbesar sejak pemerintah mengumumkan keruntuhan Washington Mutual pada 2008.

5 Fakta Bangkrutnya Silicon Valley Bank yang Bikin Dunia Ekonomi Geger. (FOTO : MNC MEDIA)

2. Pengelolaan Dana yang Kuno

Banyak sumber menyebutkan, bila paham pengelolaan dana yang kuno atau old-fashioned menjadi penyebab keruntuhannya. 

Dalam sejumlah media juga menyebutkan bila SVB menyimpan deposit dari klien dan menginvestasikan deposit tersebut pada aset-aset yang aman, seperti obligasi.

Karenanya ketika Bank Sentral AS Federal Reserve agresif menaikan suku bunga sejak 2022, imbal hasil obligasi AS terus mengalami penguatan dan membuat harga obligasi AS turun. Inilah yang menjadi masalah lantaran SVB cukup menunggu obligasi yang menjadi portofolionya jatuh tempo.

Selain itu, pandemi yang melanda dunia membuat sejumlah industri startup melakukan efisiensi besar-besaran, aliran deposito ke dompet SVB ikut melambat. 

Di sisi lain, kondisi ini diperburuk dengan sejumlah klien startup dan modal ventura ramai menarik uang mereka dari SVB.

Sekalipun sempat stabil di awal tahun. Namun SVB mengumumkan rencana penggalangan dana senilai USD1,75 miliar atau sekitar Rp27,13 triliun untuk memperkuat modal.

3. Klien yang Tidak Divestasi

Selain itu, fakta bangkrut Silicon Valley Bank iru terjadi ketika perusahaan ini sangat terkonsentrasi pada bisnisnya. 

Seperti diketahui, SVB melayani modal ventura dan private equity lantaran sektor itu telah berkembang dengan baik selama satu dekade terakhir. Termasuk ketika meng-exposure yang tinggi pada satu industri yakni teknologi.

Inilah yang kemudian menjadi buruk ketika bidang teknologi menjadi suram karena bank Kripto terbesar, Silvergate Capital bakal tutup.

Pada kuartal IV 2022, bank ini mencatat kerugian USD1 miliar yang disebabkan investor berlomba-lomba menarik deposito lebih dari USD8 miliar buntut kepanikan atas bangkrutnya bursa FTX.

4. Terlalu Loyal dengan Startup

Terlepas itu, penyebab lain kehancuran SVB tidak lepas dari loyalitas yang tinggi bank ini terhadap Startup. 

Bahkan Vox.com melaporkan, salah satu cara untuk mengukur pengaruh SVB di dunia teknologi adalah dengan menghadiri konferensi teknologi, di mana SVB sering kali menjadi sponsor utama.

Berbagai pengamat industri teknologi menilai SVB sangat bersedia bekerja sama dengan perusahaan rintisan teknologi dengan cara yang kemungkinan kurang digarap oleh bank lain. 

Sebagai contoh, SVB bersedia membantu karyawan awal sebuah startup mendapatkan pinjaman pribadi untuk sebuah rumah. Selain itu, SVB sangat fleksibel dalam meminjamkan uang kepada startup teknologi meskipun mereka tidak memiliki arus kas bebas. SVB juga sering bersedia bekerja dengan pendiri startup yang bukan warga negara AS. Kebijakan seperti ini biasanya menjadi kendala bagi bank yang lebih tradisional.

5. Asuransi FDIC

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) didirikan oleh pemerintah AS setelah periode Great Depression atau Depresi Hebat, ketika banyak bank bangkrut dan pelanggan mereka kehilangan semua uang mereka. 

FDIC didirikan untuk melindungi konsumen yang menggunakan bank Amerika dan memberikan stabilitas pada sistem perbankan Amerika. Jika bank anggota gagal, deposito masih diasuransikan hingga USD250.000.

Bisa disebutkan bila setiap bank diasuransikan oleh FDIC, termasuk SVB. Artinya, bila nasabah memiliki uang di SVB, FDIC mengatakan nasabah akan mendapatkannya kembali paling lambat Senin pagi atau pada 13 Maret 2023, selama nilainya di bawah batas USD250.000. Jumlah lebih dari itu akan mendapatkan dividen di muka pada minggu depan.

Itulah fakta bangkrutnya Silicon Valley Bank yang perlu Anda ketahui. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda. (MYY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement