Tavip menjelaskan, profiling risiko stunting itu dilakukan dengan sinkronisasi data yang ada di Carik Jakarta yang sudah terkoneksi dengan data Sistem Informasi Keluarga (SIGA) milik BKKBN.
BKKBN juga terus melakukan pemutakhiran data yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi keluarga terkini sesuai kondisi di lapangan yang akan dimanfaatkan oleh internal dan eksternal BKKBN.
Diketahui Presiden Jokowi menargetkan dalam waktu dua tahun di 2024 angka stunting turun hingga 14 persen. Maka, pendekatan yang dilakukan adalah pencegahan.
“Yang paling dekat, pencegahan pada fase calon pengantin, pada saat hamil, dan pada saat 1.000 hari pertama kehidupan.Kalau sampel sudah tepat, nanti akan di-profiling. Karena, akan ada kaitannya penanganan kemiskinan ekstrem dengan stunting,” jelasnya.