Gagasan mengenai reparasi perbudakan transatlantik sudah ada sejak lama, namun baru-baru ini mendapatkan momentum di seluruh dunia.
Para penentang mengatakan bahwa generasi sekarang tidak seharusnya bertanggung jawab atas kesalahan masa lalu, sementara para pendukung mengatakan dampak praktik perbudakan di masa lalu masih terasa hingga kini.
Para penentang juga khawatir pembayaran kompensasi akan memicu krisis politik di Belanda. Negeri Kincir Angin tersebut kini didominasi kelompok sayap kanan ekstrem.
"Permintaan maaf saja tidak cukup," kata Rhoda Arrindell, aktivis kemerdekaan Sint Maarten.
Belanda saat ini masih menguasai sejumlah pulau di wilayah Karibia, termasuk Aruba dan Sint Marteen. (WHY)