sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BMKG Ganti Nomenklatur Gempa Tuban Jadi Gempa Bawean

News editor Binti Mufarida
25/03/2024 08:40 WIB
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengganti nomenklatur gempa Tuban dengan gempa Bawean.
BMKG Ganti Nomenklatur Gempa Tuban Jadi Gempa Bawean. (Foto MNC Media)
BMKG Ganti Nomenklatur Gempa Tuban Jadi Gempa Bawean. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengganti nomenklatur gempa Tuban dengan gempa Bawean. Hal ini mengacu pada kedekatan dengan sumber gempa.

“Berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik atau dampak gempa maka nomenklatur yang tepat adalah gempa Bawean bukan gempa Tuban,” ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono lewat akun X @DaryonoBMKG, dikutip Senin (25/3/2024).

Daryono melaporkan, 262 rangkaian gempa mengguncang Bawean hingga pagi ini. “Senin pagi 25 Maret 2024 pukul 6 WIB, BMKG telah mencatat 262 rangkaian gempa Bawean,” katanya.  

Sementara itu, Daryono mengatakan, pembangkit rentetan gempa Bawean diduga akibat aktivitas Sesar Muria. “Pembangkit Gempa Bawean M5,9 dan M6,5 pada 22 Maret 2024 diduga Sesar Muria (Laut) menurut Peter Lunt,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Daryono menjelaskan mengapa Gempa Bawean banyak gempa susulan. “Gempa Bawean banyak susulannya karena karakter gempa kerak dangkal Bawean terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen sehingga rapuh mudah patah, berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan homogen-elastik miskin gempa susulan,” jelas dia.

Lebih lanjut, katanya, gempa susulan lazim terjadi pasca gempa kuat, bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan merupakan gambaran kondisi batuan yang rapuh mudah deformasi.

“Gempa susulan yang banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tahu aktivitas gempa akan segera berakhir,” jelas Daryono.

Daryono mengatakan, wilayah Pulau Bawean dan sekitarnya berada pada zona suture yang mengindikasikan jejak keberadaan sesar-sesar utama yang berusia tua.

“Gempa Bawean M 5,9 dan 6,5 pada 22 Maret 2024 menjadi bukti bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita agar selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat pulau berpenduduk, karena gempa dapat terjadi dan berulang kapan saja,” papar dia.

“Sebagian contoh rangkaian sejarah gempa merusak di Jatim Utara dan estimasi kekuatannya. Pelajaran yang dapat kita ambil, bahwa ancaman gempa tidak hanya berasal dari selatan (subduksi lempeng atau megathrust) tetapi juga dari sesar aktif di daratan dan di laut utara Jatim,” pungkasnya.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement