Septa pun membandingkan Indonesia dengan Jepang, dia mengatakan bahwa Jepang telah memiliki catatan sejarah gempa hingga 1.000 tahun yang lalu. Sementara, Indonesia baru memiliki catatan gempa sekitar 200 tahun lalu.
“Jadi sebelum sebelum itu kita belum punya catatan sejarahnya. Jadi kita belum bisa melihat perilaku gempa ini seperti Jepang. Jepang itu bahkan 1.000 tahun yang lalu, sekitar di tahun 600 itu sudah ada catatan gempanya. Nah terakhir di Selat Sunda ini terjadi gempa pada tahun 1757 dengan kekuatan 7,5,” katanya.
Septa kembali menegaskan, tidak ada yang bisa memprediksi kapan terjadi pastinya gempa. Bahkan, negara maju seperti Jepang pun tidak bisa memprediksi kapan gempa terjadi.
“Nah ini yang ditunggu-tunggu oleh para pakar tapi ini potensi gitu kan, ya bukan prediksi kita tidak tahu bahkan Jepang negara yang teknologinya maju seperti Jepang itu tidak bisa memprediksi kapan terjadi pastinya gempa. Nah potensi-potensi itu ada nyata, nyata,” ujar dia.
Septa mengatakan dengan sejarah gempa yang telah tercatat maka bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia untuk menata mitigasi ketika terjadi bencana. “Sejarah gempa, sejarah gempa masa lampau ya, memang ini fakta terjadi gitu, fakta terjadi dan harus kita sikapi bahwa ini memang terjadi. Dan bagaimana ini bisa kita jadikan pelajaran untuk menata mitigasi, menata mitigasi kita,” ujarnya.
(Dhera Arizona)