sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BNPB Catat 277 Bencana Melanda RI hingga 12 Februari 2024

News editor Binti Mufarida
13/02/2024 16:15 WIB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 277 kali kejadian bencana melanda Indonesia sejak 1 Januari 2024 hingga 12 Februari 2024.
BNPB Catat 277 Bencana Melanda RI hingga 12 Februari 2024. (Foto MNC Media)
BNPB Catat 277 Bencana Melanda RI hingga 12 Februari 2024. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 277 kali kejadian bencana melanda Indonesia sejak 1 Januari 2024 hingga 12 Februari 2024.

“Hingga saat ini, kita sudah per 12 Februari kemarin, kita sudah mengalami 277 kali kejadian bencana,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara Disaster Briefing, Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Meskipun, kata Aam; sapaan Abdul Muhari, dari total kejadian bencana itu belum semua dilaporkan. “Tapi tentu saja sebenarnya ini setiap kali kita mengkalkulasi membuat data statistik kejadian bencana yang kita dapatkan dari laporan BPBD ke Pusat Pengendalian Operasi BNPB ini sebenarnya mungkin belum mencakup semua kejadian bencana yang terjadi,” papar dia.

“Jadi biasanya setiap kali tiga bulan ketika kita memverifikasi lagi ada setidaknya 30% dari total yang sudah tercatat menjadi tambahan pada kondisi yang aktualnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Aam mengatakan, rumah rusak terdampak paling banyak dari jumlah kejadian bencana. “Cukup banyak rumah yang rusak tapi kita harapkan tahun ini kita bisa mereduksi lebih banyak lagi dampak kejadian bencana seperti yang sudah kita lakukan secara konsisten di tiga tahun terakhir,” jelasnya.

Sementara itu, Aam menuturkan, dalam sepekan terakhir yakni 5-11 Februari 2024 kejadian bencana yang masih mendominasi yakni banjir dan cuaca ekstrem. Misalkan, satu kawasan satu provinsi atau dua provinsi yang minggu sebelumnya terdampak banjir atau intensitas hujan tinggi, maka pihaknya melihat dari exposure awan hujannya.

"Kalau misalkan di minggu ini dia exposure awan hujannya terbuka artinya intensitas hujannya rendah itu biasanya cuaca ekstrem yang terjadi," imbuhnya.

“Jadi agak kita perhatikan dari kondisi-kondisi di catatan kejadian bencana karena memang kalau BNPB itu melihat tidak hanya dari fenomenanya ya, artinya kalau misalkan fenomenanya ada intensitas hujan tinggi kemudian tidak hujan, kalau kita melihat ke hilirnya dari dua kondisi ini bencana apa yang terjadi,” ujar Aam. 

Lebih lanjut, Aam menerangkan, jika misalkan tutupan awan hujannya tebal maka bencana yang dominan yaitu dua banjir dan tanah longsor.

“Kalaupun terjadi cuaca ekstrem itu biasanya di awal dan di akhir. Tapi begitu kemudian di minggu berikutnya, satu tutupan kawasan misalkan satu Provinsi yang sebelumnya terdampak hujan intensitas tinggi tapi di minggu ini dia tidak ada awan hujannya biasanya itu cuaca ekstrem atau angin kencang yang dominan,” pungkasnya.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement