Tak berselang lama, gempa susulan kembali terjadi dengan M 6,5. Mehmed lantas meninggalkan rumah dengan menggunakan mobil mencari tempat terdekat untuk berlindung.
Mereka sekeluarga lantas tidur di mobil dengan suasana kedinginan yang hebat. Sebab Turki pagi itu tengah badai salju dengan suhu sekitar -20 celcius.
"Saking melihat banyak masyarakat yg kesulitan berlindung, saya bantu 11 orang tertangga dengan berdempetan di mobil," kata Mehmed.
Setelah menempatkan keluarganya di tempat aman, dia langsung mencari kerabat dekatnya yang terdampak gempa. Pada hari kedua pascagempa, dia melihat motor tantenya sudah tertimbun reruntuhan.
"Saya menyadari kemungkinan keluarga besar saya meninggal dunia. Ada anak-anak dua orang," lirihnya.
Hingga hari ke-3 pascagempa, dia dan keluarga masih tinggal di dalam mobil. Namun setelah AFAD (Badan Bencana Nasional Turki) datang ke Kahramanmaraz, dia sekeluarga kembali ke rumah.
"Rumah kami alhamdulilah tak hancur karena hanya dua lantai. Setelah gempa tak ada satupun pasar yang buka, pihak pemerintah sangat cukup (membantu). Kami juga saling bantu," tuturnya.
Mehmed berharap, pemerintah bisa mengambil pelajaran ke depan dengan memperhatikan izin pembangunan sesuai standar. Akibat peristiwa ini, 24 orang keluarganya meninggal dunia.
"Kerugian bukan hanya untuk saya tapi untuk masyarakat Kahramanmaraz," pungkasnya.
(FRI)