IDXChannel - Perekonomian Amerika Serikat (AS) menunjukkan ketahanan yang luar biasa pada awal tahun. Tingkat permintaan yang kuat membuat inflasi tetap tinggi dan menambah tekanan pada bank sentral AS, Federal Reserve, untuk terus menaikkan suku bunga.
Penjualan ritel naik bulan lalu ke tingkat tertinggi dalam hampir dua tahun. Kinerja sektor manufaktur juga tercatat lebih baik dari yang diharapkan.
Sektor perumahan juga merasa lebih percaya diri karena tingkat hipotek kembali stabil dari level tertingginya akhir tahun lalu. Pada Selasa, laporan inflasi menunjukkan kenaikan harga konsumen tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Angka tersebut menggambarkan ekonomi yang tampaknya menolak upaya the Fed untuk memperlambatnya. Permintaan barang dan jasa bertahan, didukung oleh pasar tetap kerja yang kokoh, sementara inflasi tetap tinggi.
Intinya, kenaikan suku bunga the Fed yang paling agresif dalam satu generasi belum memberikan efek yang diinginkan. Pembuat kebijakan harus berbuat lebih banyak untuk mengendalikan inflasi.
"Ekonomi lebih baik dari yang diharapkan sejauh ini pada tahun 2023 dan penurunan inflasi juga melambat pada pergantian tahun," kata Bill Adams, kepala ekonom untuk Comerica Bank, seperti dilansir Bloomberg pada Kamis (16/2/2023).
"Data ini secara kolektif membuat the Fed lebih ke arah melanjutkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023,” ujar Adams.
Beberapa pejabat Fed pada awal bulan ini menekankan perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut. Namun, mereka berbeda pandangan tentang kapan kebijakan tersebut harus dihentikan.
Pelaku pasar melihat peluang 50-50 kenaikan suku bunga 25 basis poin di bulan Juni menyusul kenaikan sebesar itu di bulan Maret dan Mei. Mereka memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya sekitar 5,3 persen di bulan Juli.
(WHY)