BOK setiap tahun melaporkan ekonomi Korut berdasarkan data yang dikumpulkannya dari berbagai lembaga, dan angkanya dianggap sebagai salah satu analisis terbaik tentang aktivitas yang dilakukan oleh tetangganya yang tertutup itu.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina lebih dari dua tahun yang lalu, AS dan Korsel menuduh Kim mengirimkan jutaan amunisi dan sejumlah rudal balistik kepada Presiden Vladimir Putin untuk membantu perang yang dilancarkannya kepada tetangganya itu
Moskow dan Pyongyang membantah tuduhan tersebut, meskipun ada bukti yang menunjukkan adanya pengiriman senjata. Meskipun nilai pasti dari transfer tersebut tidak termasuk dalam angka-angka dari BOK, Korut telah menerima bahan-bahan untuk ekonominya dan makanan pokok dari Rusia yang telah membantu Kim menstabilkan harga dan kemungkinan besar meningkatkan produksi.
Kim berjanji untuk "mendukung tanpa syarat" Rusia dalam invasinya ke Ukraina saat ia menjadi tuan rumah bagi Putin di Pyongyang bulan lalu dalam kunjungan pertama presiden ke Korut dalam 24 tahun. Kunjungan ini memperdalam hubungan di tengah kekhawatiran AS mengenai pasokan senjata ke mesin perang Kremlin.
Meskipun ekonomi Korut mencatat salah satu ekspansi terbesar sejak Kim mengambil alih rezim setelah kematian ayahnya, Kim Jong Il, pada tahun 2011, negara ini masih menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dan badan-badan PBB mengatakan bahwa sebagian besar populasinya menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.