Bahkan, Dwikorita mengungkapkan, pada 2010, tebal es diperkirakan 32 meter, penipisan es sebesar 1 meter per tahun terjadi pada 2010-2015. Saat El Nino kuat terjadi di 2015-2016, penipisan es mencapai 5 meter per tahun.
“Sedangkan sejak 2016 sampai 2022 penipisan es sekitar 2,5 meter per tahun. Luas tutupan es pada tahun 2022 sekitar 0,23 kilometer persegi dan terus mengalami pencairan,” katanya.
Pada kesempatan itu, Dwikorita menerangkan, kepunahan salju abadi di Puncak Jaya memiliki dampak besar bagi aspek kehidupan di wilayah tersebut. Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam.
Lebih lanjut, Dwikorita menyampaikan, perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut.
“Dampak nyata lainnya dari pencairan es di puncak di pegunungan adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan kita,” pungkasnya.
(YNA)