Daryono pun mengatakan berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi itu merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Antartika.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme naik (thrust fault),” kata dia.
Berdasarkan peta tingkat guncangan gempa ( shakemap ) menunjukkan bahwa intensitas hingga VI MMI (Getaran dirasakan oleh semua penduduk, plester dinding jatuh dan terjadi kerusakan ringan).
“Gempa bumi ini tidak mempengaruhi kegempaan di wilayah Indonesia,” kata Daryono.
“Hingga Sabtu, 03 Mei 2025, pukul 01:25 WIB, telah terjadi 18 (delapan belas) kali aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M6,5 dan magnitudo terkecil M4,2,” lanjutnya.
(Febrina Ratna Iskana)