China adalah ekonomi besar terakhir yang terikat pada strategi nol-Covid, tetapi mempertahankan jumlah kasus dan kematian yang relatif rendah telah membatasi pemulihan ekonominya, mengganggu rantai pasokan, dan memukul lapangan kerja.
Salah satunya yang dirasakan oleh Wang. Wang mengaku tidak bisa bekerja seperti biasanya karena ada pembatasan Covid-19.
Padahal, saat pembatasan Covid ini permintaan delivery atau jasa pengiriman mengalami lonjakan. Namun, lantaran blok apartemennya terkena kebijakan lockdown maka ia tidak bisa melakukan pekerjaannya tersebut. Ia pun merasa stress dan frustasi.
Wang, yang bolak-balik melintasi distrik keuangan kaya yang mengirimkan pesanan makanan untuk raksasa internet Meituan, mengatakan kompleks perumahannya ditutup pada 7 November setelah dua kasus COVID-19 ditemukan.
Putus asa untuk tidak kehilangan penghasilannya, Wang yang berusia 20 tahun itu melanggar aturan penguncian dengan memasang pagar untuk melakukan perubahan, menyelinap kembali di bawah kegelapan.
"Saya tidak punya pilihan. Jika saya tidak menghasilkan uang, saya tidak dapat membayar sewa," kata penduduk asli provinsi utara industri Shanxi.
"Banyak pengantar barang tidak punya tempat tinggal saat ini," katanya kepada AFP di luar blok kantor yang sepi pada sore musim dingin pekan lalu.
"Saya benar-benar tidak puas dengan pemerintah China, karena negara-negara lain tidak ketat lagi tentang Covid," katanya.
"Kita akan berusaha keras ... dan saya tidak merasa itu perlu, karena tidak ada yang mati karenanya."
(DKH)