Ribuan warga Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki Israel, merayakan kedatangan para tahanan. Mereka berwajah pucat dan mengenakan pakaian penjara berwarna abu-abu, beberapa mengenakan ikat kepala Hamas yang diberikan oleh kerumunan dan digendong di bahu para pendukungnya.
Meski begitu, Israel tidak akan mengizinkan warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara. Sebab, sandera sipil Arbel Yehoud tidak dibebaskan seperti yang diharapkan.
Israel Minta Arbel Yehoud Dibebaskan
Para mediator pun terus membahas pembebasan Arbel Yehoud, sementara ratusan warga Palestina berkumpul di dekat koridor Netzarim timur-barat yang memisahkan Gaza.
Pasukan Israel menembak dan membunuh seorang pria Palestina di dekat koridor Netzarim, kata pejabat medis Palestina. Militer Israel mengatakan pihaknya melepaskan tembakan peringatan sebagai respons terhadap “berkumpulnya puluhan tersangka.” Dia mengatakan, dia tidak mengetahui ada orang yang terluka.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak akan mengizinkan warga Palestina memasuki Gaza utara sampai Yehoud, yang diambil alih dari kibbutz Hamas pada 7 Oktober 2023 dibebaskan.
Akibat hal itu, Hamas menilai Israel bertanggung jawab atas penundaan dalam penerapan perjanjian gencatan senjata.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompoknya memberi tahu para mediator bahwa Yehoud akan dibebaskan minggu depan. Seorang pejabat Mesir yang terlibat dalam negosiasi menyebut masalah ini sebagai masalah kecil yang sedang diselesaikan oleh para mediator.
Juru bicara juga mengatakan Dewan Keamanan Nasional AS terus mendesak pembebasan Yehoud.
Adapun, gencatan senjata dimulai akhir pekan lalu dengan pembebasan tiga sandera dan 90 tahanan. Tujuannya untuk mengakhiri perang paling mematikan dan paling merusak yang pernah terjadi antara Israel dan Hamas. Kesepakatan ini memungkinkan lonjakan bantuan ke Gaza yang kecil dan hancur.
(Febrina Ratna Iskana)