sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Intip Aturan Zero-Covid yang Tuai Protes dan Tekan Ekonomi China

News editor Febrina Ratna
29/11/2022 12:25 WIB
Masyarakat China meminta kebijakan zero Covid-19 dihentikan ketika negara-negara lain sudah mulai melonggarkan peraturan terkait penanganan pandemi.
Intip Aturan Zero-Covid yang Tuai Protes dan Tekan Ekonomi China. (Foto: MNC Media)
Intip Aturan Zero-Covid yang Tuai Protes dan Tekan Ekonomi China. (Foto: MNC Media)

Apa efek kebijakan Zero-Covid terhadap ekonomi Cina?

Ketatnya peraturan Cina dalam menekan peningkatan kasus baru Covid-19 ternyata berdampak besar pada kegiatan ekonomi negara tersebut dan juga dunia.

Apalagi kota-kota besar di China telah dikunci dalam beberapa bulan terakhir. Seperti Shenzhen, kota dengan 17,5 juta penduduk dan merupakan tempat penghubung atau hub teknologi.

Sementara itu, Shanghai, kota dengan 26 juta penduduk dengan manufaktur, perdagangan, dan pusat keuangan China.

Lockdown pun menjadi faktor utama dari ragunya investor asing untuk datang ke China, dan terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya menyentuh 3,9% padahal ditargetkan sebesar 5,5% pada tahun ini.

Pengangguran pun meningkat, terutama pada angkatan muda. Selain itu, pasar properti melemah.

Bukan hanya Cina, perusahaan dan konsumen di negara lain juga ikut terdampak peraturan tersebut, terutama yang bergantung pada produk China. Misalnya produksi IPhone Apple yang harus tersendat karena pabrik Foxconn di Zhengzhou harus melakukan lockdown untuk beberapa waktu.

Mengapa Cina masih berusaha mencapai Zero-Covid?

Tidak seperti negara-negara lain yang sudah mulai melonggarkan aturan terkait Covid-19 dengan beberapa batasan. China justu mengambil kebijakan yang disebut "dynamic zero" dengan ditemukannya kasus positif baru Covid-19.

Alasan Cina tetap memberlakukan peraturan yang ketat yaitu menyelamatkan banyak nyawa terutama para orang tua yang lebih rentan. Ketatnya pembatasan ini memang membuat angka kematian lebih rendah daripada saat awal-awal pandemi, angka resmi sekarang hanya lebih dari 5.200.

Data kematian China juga sangat jauh jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Britania Raya. Jika di China tiga orang meninggal per satu juta penduduk, maka sama dengan 3.000 orang di Amerika Serikat dan 2.400 orang di Britania Raya per satu juta penduduk.

Mengapa WHO menganggap kebijakan Zero-Covid itu salah?

Tindakan Cina yang langsung menutup satu kota meskipun hanya sedikit kasus baru memang berhasil dalam menekan laju Covid-19.

Namun, WHO menyebut cara tersebut tidak akan berhasil terhadap varian Omicron karena lebih cepat menyebar daripada varian lainnya.

"Virus ini berkembang, mengubah perilakunya," kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dari WHO.

"Dengan itu ... Mengubah tindakan Anda akan sangat penting," Tambah Dr. Tedros

Pernyataan WHO tersebut langsung dibantah oleh Presiden China Xi Jinping dengan mengatakan kebijakan Zero-Covid itu "ilmiah dan efektif", dan pemerintah mengatakan perubahan kebijakan yang disarankan WHO akan "pasti menyebabkan kematian sejumlah besar orang lanjut usia".

 

Penulis: Ahmad Fajar

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement