Kustin laki-laki di bagian kerah, dada dan lengannya berhiaskan pasmen. Sementara bawahannya berupa celana panjang menyesuaikan warna baju dan dilapisi dodot di bagian luar yang menjuntai hingga ke tumit di bagian belakang dan hingga ke lutut di bagian depan.
Hiasan kepala berupa setorong, kopiah bundar hitam yang dilengkapi pasmen keemasan dan di bagian depannya terdapat wapen, lambang yang disesuaikan dengan tingkatan gelar.
Bagi pengantin perempuan, bentuk potongan bajunya hampir sama seperti kebaya yang di bagian dada dipasangi kalung bersusun tiga atau lebih.
Di puncak bagian belakang digunakan kelibun warna kuning berbahan sutra. Lalu kainnya yaitu kain panjang berumbai dari benang emas yang diletakkan di bagian depan (tapeh berambui).
Sementara bagian kepala, rambutnya dihias berbentuk sanggul kutai dengan kembang goyang dan gerak gempa yang ditusukkan di atas sanggul.
Fakta uniknya, kustin memiliki arti ‘kebesaran’ dan pada zaman dahulu hanya dikenakan oleh pasangan pengantin dari golongan menengah ke atas.
Pakaian ini hanya dikenakan oleh suku Kutai dari golongan menengah ke atas untuk upacara pernikahan pada jaman kerajaan Kutai Kartanegara. Istilah kustin berasal dari kata kostum yang berarti pakaian kebesaran suku Kutai.
(Febrina Ratna)