"Pernah terjadi pada 2015 sampai titik kritis Sungai Ciliwung 1.200 liter per detik. Itu kemarau panjang. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," kata Andi.
Penurunan debit air Sungai Ciliwung, lanjut Andi, bisa berpengaruh terhadap pasokan air baku PDAM. Karena pasokan air akan secara otomatis berkurang.
"PDAM juga berpengaruh debitnya karena berkurang. Nanti ada sistem bergilir untuk PDAM," kata dia.
Saat ini, pihaknya terus memantau kondisi cuaca dan debit air Sungai Cilwung dengan berbagai pihak terkait. Masyarakat diimbau untuk menjaga sumber air serta menjaga lingkungan sungai.
"Sama Pemkot Bogor, Pemda DKI Jakarta melalui BBWS dan SDA DKI. Kita laporkan melalui BBWSCC, KSDA Jawa Barat, setiap ada perubahan debit maupun status kesiapsiagaan debit, kemarau, siaga kemarau, kita tetap monitor 24 jam dan koordinasi. Kita ada buletin mingguan, kita monitor yang kita harapkan hujan dari kawasan hulu," tutupnya.
(NIY)