“Kami melihatnya setiap hari di Gaza, semakin buruk, dan runtuhnya sistem kesehatan dari hari ke hari, dengan rumah sakit ditutup, petugas kesehatan melarikan diri, korban terus mengalir," kata Casey.
"Dan kurangnya akses ke obat-obatan dan pasokan medis, kurangnya akses ke bahan bakar untuk menjalankan generator rumah sakit untuk menjaga lampu tetap menyala, untuk menjaga mesin tetap berjalan,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Wakil Direktur Eksekutif UNICEF Ted Chaiban mengatakan sanitasi yang buruk telah menyebabkan kasus diare di antara anak-anak kecil meningkat 4.000% sejak perang dimulai, dengan 71.000 kasus tercatat di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun. Kelangkaan air dan makanan ini pun membuat anak menderita kekurangan gizi.
“Sejak kunjungan terakhir saya, situasinya telah berubah dari bencana hingga hampir runtuh. UNICEF telah menggambarkan Jalur Gaza sebagai tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi seorang anak. Kami telah mengatakan ini adalah perang terhadap anak-anak. Tetapi kebenaran ini sepertinya tidak bisa dilepaskan,” kata Chaiban.
"Dari hampir 25.000 orang yang dilaporkan telah terbunuh di Jalur Gaza sejak eskalasi permusuhan, hingga 70% dilaporkan sebagai wanita dan anak-anak. Pembunuhan anak-anak harus segera dihentikan,” pungkasnya.