sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Korsel Takut Alami Krismon Jika Penuhi Tuntutan Ekonomi AS

News editor Wahyu Dwi Anggoro
22/09/2025 14:17 WIB
Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung khawatir negaranya akan mengalami krisis moneter jika berinvestasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS).
Korsel Takut Alami Krismon Jika Penuhi Tuntutan Ekonomi AS. (Foto: Freepik)
Korsel Takut Alami Krismon Jika Penuhi Tuntutan Ekonomi AS. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung khawatir negaranya akan mengalami krisis moneter jika berinvestasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Korea Times pada Senin (22/9/2025), Seoul menginginkan perjanjian currency swap untuk meredam dampak aliran dana masif dari Korsel ke AS.

"Tanpa pertukaran mata uang, jika kita menarik USD350 miliar dengan cara yang dituntut AS dan menginvestasikan semuanya dalam bentuk tunai di AS, Korea Selatan akan menghadapi situasi seperti yang terjadi pada krisis keuangan 1997," kata Lee dalam sebuah wawancara sebelum terbang ke New York untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Korsel setuju untuk berinvestasi sebesar USD350 miliar di AS dalam perjanjian perdagangan yang disepakati pada Juli lalu. Namun, kedua negara sampai saat ini masih merundingkan rinciannya.

AS dan Jepang baru-baru ini menyepakati rincian kesepakatan dagang bilateral. Tokyo setuju berinvestasi sebesar USD550 miliar di Negeri Paman Sam tersebut.

Lee mengatakan, situasi Korsel berbeda dengan Jepang. Tokyo memiliki cadangan devisa lebih dari dua kali lipat Korsel yang hanya sebesar USD410 miliar, mata uang internasional yen, dan kerja sama currency swap dengan AS.

Ditanya tentang target penyelesaian negosiasi dengan AS, Lee menegaskan perundingan harus diselesaikan sesegera mungkin.

"Kita harus mengakhiri situasi yang tidak stabil ini," kata Lee.

Lee menambahkan, penangkapan lebih dari 300 pekerja Korsel di lokasi konstruksi pabrik baterai di Georgia oleh otoritas imigrasi AS baru-baru ini telah memicu kemarahan publik, tetapi menekankan penggerebekan tersebut tidak merusak aliansi kedua negara. (Wahyu Dwi Anggoro)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement