"Dunia membutuhkan terobosan dan peta jalan baru tentang pembiayaan iklim yang dapat memobilisasi USD1 triliun dalam keuangan eksternal yang akan dibutuhkan pada tahun 2030 untuk pasar negara berkembang dan negara berkembang selain China," kata laporan itu, yang ditugaskan oleh tuan rumah KTT iklim saat ini dan sebelumnya, Mesir dan Inggris.
Laporan tersebut juga menyebutkan jika pemasukan terbesar harus dari sektor swasta, baik domestik atau asing. Sedangkan aliran dana dari bank pembangunan harus tiga kali lebih besar. Selain itu pinjaman lunak yang lebih menguntungkan dibanding pasar juga harus ditingkatkan.
"Membuka kunci keuangan iklim yang substansial adalah kunci untuk memecahkan tantangan pembangunan saat ini," kata Vera Songwe, salah satu penulis laporan tersebut.
"Ini berarti negara-negara harus memiliki akses ke pembiayaan berbiaya rendah yang terjangkau dan berkelanjutan dari bank pembangunan multilateral untuk membantu orang banyak dalam investasi dari sektor swasta dan filantropi," sambungnya.
Pada Rabu (9/11/2022), delegasi pada KTT Perubahaan Iklim atau COP27 di Mesir akan fokus pada masalah pembiayaan. Laporan itu juga menyerukan penggandaan dana hibah dan pinjaman berbunga rendah dari pemerintah negara-negara maju dari USD30 miliar per tahun saat ini menjadi USD60 miliar pada 2025.
Penulis: Ahmad Fajar
(FRI)