Soeharto melanjutkan pendidikan ke Fakultas Medica Bataviensis, Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STK). Beliau mendapatkan gelar Arts (dokter) pada 25 Mei 1935 dan gelar ilmiah Medicinae Doctor (Doctor) dari fakultas yang sama pada 14 April 1937. Setelah itu, Soeharto membuka praktik kedokteran serta mendirikan klinik bersalin di jalan Kramat, Jakarta.
Dalam buku biografinya yang berjudul Biografi Dokter Pribadi Bung Karno, DR R Soeharto ‘Saksi Sejarah’, tercatat jika Soeharto dengan Soekarno dan Hatta berhubungan dekat sejak 1942, dan panggil untuk Soekarno adalah Mas Karno.
Kedekatannya itu terbukti dengan keikutsertaan dr Soeharto pada beberapa kegiatan penting Bung Karno dan Bung Hatta. Seperti perjalanannya ke Dalat, Indo Cina untuk menghadapi Jenderal Terauchi. Saat itu Dr Radjiman Wedyodiningrat ikut dalam perjalanan tersebut untuk membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Beliau juga mendampingi Bung Karno dalam rapat umum di Lapangan IKADA pada 19 September 1945, menemani Bung Karno melamar Rahmi Hatta untuk Bung Hatta sebulan setelah kemerdekaan. Hal ini untuk memenuhi tekad Bung Hatta menikah setelah kemerdekaan.
Pada awal kemerdekaan dr Soeharto yang mengurus hasil sumbangan berbagai pihak dan mengatur uang guna penyelenggara pemerintahan. Ia juga memberikan sedan Oldmobile kepada Bung Karno untuk menjalankan pemerintahan.
Selain sebagai dokter pribadi Bung Karno, dr Soeharto juga pernah menjabat Menteri Muda/Menteri Perindustrian Rakyat (13 Juli 1959-5 Maret 1962), Menteri Perdagangan (6 Maret 1962-13 November 1963), Menteri Urusan Penerbitan Bank dan Modal Swasta (13 November 1963-1 Agustus 1964), dan Menteri Koordinator Urusan Perencanaan Pembangunan Nasional (13 November 1963-21 Februari 1966). Dokter Soeharto meninggal dunia di Jakarta pada 30 November 2000 dalam usia 91 tahun.
Penulis: Ahmad Fajar
(FRI)