"Bayangkan kalau kita bisa naikin 25 persen aja, jadi 5 ton per hektare, maka kalau dikali 7 juta hektare itu udah 35 juta ton. Kita udah lebih dari kebutuh kita yang 32 juta ton, kita bisa ekspor (sisanya)," kata Menkes Budi.
Lebih lanjut, Budi menyebut bahwa peningkatan produktivitas hingga 50 persen, menjadi 6 ton per hektare, berpotensi menghasilkan 42 juta ton beras per tahun.
"Itu artinya, kita bisa menjadi eksportir beras," tegasnya.
Implementasi teknologi genomik juga didorong oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementan akan berkolaborasi dengan Asosiasi Genomik Indonesia (AGI) untuk penerapan teknologi tersebut.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda. Menurutnya, teknologi genomik dapat mempercepat proses perbaikan genetik pertanian, dan tak terkecuali hewan ternak.
Agung mengatakan bahwa salah satu fokus utamanya adalah peningkatan kualitas bibit sapi perah dan sapi pedaging,, yang selama ini membutuhkan waktu lama dengan metode konvensional.
"Dengan pendekatan genomik ini, tentu Indonesia yang kita tahu masih kekurangan daging sapi, susu. Kita mempercepat peningkatan produksi kita, di samping tentu juga melakukan upaya percepatan secara konvensional," kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)