sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menkes Sebut RI Impor Obat Gagal Ginjal Akut Bukan untuk Bisnis 

News editor Kiki Oktaliani
02/11/2022 22:03 WIB
Menkes menegaskan obat Fomepizole diimpor bukan untuk bisnis obat, melainkan murni untuk mengobati gagal ginjal akut pada anak.
Menkes Sebut RI Impor Obat Gagal Ginjal Akut Bukan untuk Bisnis. (Foto: Istimewa).
Menkes Sebut RI Impor Obat Gagal Ginjal Akut Bukan untuk Bisnis. (Foto: Istimewa).

IDXChannel - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menjelaskan impor obat Fomepizole dari beberapa negara untuk mengobati gagal ginjal akut pada anak di depan anggota DPR. Obat tersebut diimpor langsung dari Singapura, Australia, dan Jepang. 

Dalam Raker antara Komisi IX dengan Menteri Kesehatan dan RDP dengan BPOM, dikutip dari kanal Youtube DPR, Rabu (2/11/2022), Menkes menanggapi pertanyaan dari anggota DPR terkait apa faktor penyebab dari gagal ginjal akut yang kasusnya terjadi lonjakan cukup besar pada Agustus lalu. 

“Obat ini memang kita beli dari Singapura 30 vial karena tidak ada pilihan lain. Lalu dicoba di RSCM, kalau enggak salah 2 minggu yang lalu. Setelah diuji bahwa ini bagus, kita cari di Australia, kita minta dan dapat gratis 16 (vial)," kata Budi.

"Kemudian kita cari lagi, kita dapet gratis 200 dari Jepang. Jadi ini dari 246, ada 216 kita dapatkan donasi gratis, yang 30 kita beli karena kita tahunya hanya ada di Singapura," lanjutnya. 

"Dan ini bukan untuk bisnis obat, tapi ini benar-benar kita ambil untuk menyelamatkan nyawa anak-anak yang kita harus take care dengan cepat,” tegas Budi. 

Menkes juga menyatakan, faktor risiko terbesar dari kasus gagal ginjal akut di Tanah Air disebabkan karena keracunan EG (Etilen Glikol) dan DEG (Dietilen Glikol). 

“Faktor risiko terbesar dari terjadinya kasus gagal ginjal akut adalah karena adanya senyawa EG dan DEG yang melebihi standar yang diminum oleh anak-anak,” jelas Budi.

Dalam proses tindaklanjutnya, Kemenkes mengambil langkah-langkah seperti, melarang obat-obatan yang berpotensi memiliki kandungan EG dan DEG. Kemudian mendatangkan obat yang sifatnya antidot dari EG dan DEG. 

Hal ini kemudian menghasilkan penurunan drastis dari jumlah kasus kematian yang ada. 

Menurut Budi, antidotum yang didatangkan dari luar negeri dirasa cukup untuk mengobati pasien gagal ginjal akut yang kebanyakan adalah balita dan anak-anak. 

“Sebenernya kita sudah cukup juga dapat 200 yang ada sekarang, dan yang di rawat sekitar 30-an. Mungkin sekarang sudah turun, karena setiap hari ada yang sembuh sesudah diberikan obat ini," paparnya.

"Kita masih memiliki cadangan sampai 150 anak lagi. Ya mudah-mudahan dengan menurunnya kasus, karena mereka tidak mengonsumsi obat-obatan yang mengandung senyawa kimia berbahaya tersebut," pungkas Menkes. 

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement