Sementara itu, 105 ZOM (15 persen) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025, yang meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.
Jika dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991–2020, sebanyak 294 ZOM (42,1 persen) akan mengalami awal musim hujan yang lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2 persen) sama dengan normalnya, dan 56 ZOM (8,0 persen) akan mengalami musim hujan yang lebih lambat (mundur). Dengan kata lain, mayoritas wilayah Indonesia diprediksikan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya.
Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5 persen), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya. Namun, terdapat 193 ZOM (27,6 persen) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua.
Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9 persen) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.
“Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” ujarnya.