"Minggu depan kita akan mulai sosialisasi ke Pondok Pesantren dan Madrasah melalui Dokter-dokter pada Ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah (Muslimat, Fatayat, dan Aisyiyah). Karena mereka-mereka ini menguasai ilmu kesehatan juga ilmu keagamaan," kata Budi Gunadi Sadikin.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan apresiasi atas program ini. Selain teknis, perlu juga dipertimbangkan skala non teknisnya. Agama dan kepercayaan perlu mendapatkan perhatian. Misalnya, kasus angka kematian bayi tertinggi di satu daerah dan itu ditengarai antara lain karena pemahaman keliru terhadap ayat dan hadis. Ini menjadi tugas Kementerian Agama yang sangat penting.
"Alhamdulillah, beberapa tahun terakhir, Kemenag juga sudah melakukan pendekatan-pendekatan terhadap pondok pesantren yang masih berasumsi tentang itu. Misalnya, tentang pemahaman hadis Nabi di mana ada setiap bayi lahir, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat memberikan makanan, pisang dan lainnya. Karena memang ada hadisnya," kata Menag Nasaruddin Umar.
Pada sejarahnya, suatu saat Rasulullah Saw yang kebetulan sedang makan kurma di rumah, ketika itu ada bayi lahir dan dibawa ke rumah Rasulullah, lalu Rasulullah mengoleskan kurma ke bibir sang Bayi. Bukan dikasih makan sebetulnya.
"Nah, di beberapa Provinsi di Indonesia, menganggap tokoh agama, tokoh masyarakat itu menjadi panutan. Ketika ada bayi lahir, karena di Indonesia tidak ada kurma, maka diganti dengan pisang (yang dimakan), dan dimasukkan ke dalam mulut bayi yang baru lahir," kata Menag Nasaruddin Umar.