Reza menyebut sumber mikroplastik di udara berasal dari berbagai aktivitas manusia, mulai dari penggunaan pakaian berbahan sintetis seperti polyester dan nylon, hingga pembakaran sampah secara terbuka. Rendahnya tingkat pengumpulan sampah di wilayah penyangga ibu kota turut memperparah kondisi ini.
“Pembakaran sampah terbuka melepaskan mikroplastik dan zat berbahaya seperti dioksin ke udara, yang kemudian dapat terhirup manusia,” kata dia.
Fungsional Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dwi Atmoko menjelaskan bahwa mikroplastik termasuk dalam kategori aerosol, yaitu partikel padat atau cair yang tersuspensi di udara.
“Partikel aerosol seperti mikroplastik bisa berpindah mengikuti arah angin dan pola cuaca. Ia dapat jatuh ke permukaan melalui deposisi kering maupun terbawa air hujan melalui deposisi basah,” ucap Atmoko.
Lebih lanjut, Atmoko mengatakan mikroplastik yang ditemukan di Jakarta bisa saja berasal dari wilayah lain, dan sebaliknya, polutan di Jakarta juga berpotensi berpindah ke daerah lain.