Sementara itu, kata Wafid pengamatan Kegempaan pada periode 1 hingga 27 Januari 2025, kegempaan yang tercatat di Gunung Ibu sebanyak 1.747 kali gempa letusan, 87 kali gempa guguran, 2.976 kali gempa hembusan, 427 kali gempa harmonik, 25 kali gempa tornillo, 11.746 kali gempa vulkanik dangkal, 665 kali gempa vulkanik dalam, 88 kali gempa tektonik lokal, 1 kali gempa terasa (skala IV MMI) dan 522 kali gempa tektonik jauh.
Kemudian, pengamatan kegempaan pada tanggal 28 Januari 2025 hingga pukul 12:00 WIT, kegempaan yang tercatat di Gunung Ibu hanya sebanyak 31 kali gempa letusan atau erupsi, 39 gempa hembusan, 7 kali tremor harmonik, 168 kali gempa vulkanik dangkal, 7 kali gempa vulkanik dalam, 2 kali gempa tektonik lokal dan 6 kali gempa tektonik jauh.
“Data deformasi dari pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada reflektor Tolisaor 1 (bawah) dan Tolisaor 2 (atas) menunjukkan tren deflasi,” ujarnya.
Wafid mengatakan pada tingkat aktivitas Gunung Ibu Level III (siaga) direkomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki dan mendekati Gunung Ibu di dalam radius 4 km dan sektoral 5 km dari arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.
Lebih lanjut, kata Wafid, jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata). Penduduk yang berada di luar radius 4 km dan berada di luar sektoral 5 km harus meningkatkan kewaspadaan dengan tetap mematuhi arahan dari pemerintah Daerah.
“Masyarakat di sekitar Gunung Ibu diharap mewaspadai potensi lahar di sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Ibu, terutama bila terjadi hujan lebat di bagian puncak,” kata dia.
(Febrina Ratna Iskana)