Pengiriman pesawat tersebut akan dimulai pada 2028. Gencatan senjata perdagangan antara AS dan China juga membantu meredakan tantangan bagi perusahaan tersebut, yang pelanggannya di China telah berhenti menerima pesawat karena tarif meningkat.
Richard Aboulafia, Direktur Pelaksana Firma Konsultan Aerodynamic Advisory yang berbasis di AS, mengatakan pemesanan Qatar Airways merupakan kemenangan yang bagus bagi Boeing. "Namun itu tidak menunjukkan kebutuhan pesawat yang meningkat atau bahwa Boeing telah memenangkan pertempuran apa pun," ujarnya
Sebab menurutnya, masalah Boeing dalam beberapa tahun terakhir berasal dari kesulitan yang dialaminya dalam memenuhi tenggat waktu pengiriman bukan penurunan permintaan. "Anda dapat menambahkan lebih banyak jet ke daftar tunggu, terima kasih Qatar Airways. Tetapi masalahnya untuk beberapa waktu sekarang, dan akan terus menjadi masalah, ada di sisi produksi. Mereka perlu membuat lebih banyak pesawat," tuturnya.
John Grant dari Firma Analisis Penerbangan OAG menyebut kesepakatan Qatar Airways merupakan pernyataan penting bagi Boeing dalam hal membangun kembali dirinya di pasar.
(kunthi fahmar sandy)