sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Hemat dan Pelit dalam Islam

Syariah editor Kurnia Nadya
03/09/2024 14:41 WIB
Hemat adalah bijaksana dalam mengelola pengeluaran. Sementara sifat pelit adalah terlalu enggan mengeluarkan uang bahkan untuk hal-hal yang perlu.
Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Hemat dan Pelit dalam Islam. (Foto: Freepik)
Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Hemat dan Pelit dalam Islam. (Foto: Freepik)

IDXChannel—Apa perbedaan hemat dan pelit dalam Islam? Hemat dan pelit adalah dua sifat yang sekilas nyaris serupa, sehingga seringkali kebiasaan hidup hemat dan irit dianggap pelit dan sebaliknya. 

Hemat adalah bijaksana dalam mengelola pengeluaran. Contoh sederhananya, seseorang yang hidup hemat moderat dalam mengatur pengeluaran, tidak berlebih-lebihan sekaligus tidak terlalu kurang. 

Sementara sifat pelit adalah terlalu enggan mengeluarkan uang bahkan untuk hal-hal yang perlu dan bersifat baik, bahkan ketika pengeluaran tersebut tidak menganggu kesehatan keuangan secara keseluruhan. 

Dalam Islam, pelit juga kerap disebut kikir. Melansir Huda Cendekia (3/9), pelit dalam Islam tidak semata-mata soal uang saja, tetapi juga ilmu, nasihat, waktu, tenaga, dan beragam bentuk kebaikan lainnya. 

Sementara hemat dalam Islam merujuk pada gaya hidup yang tidak boros dan tidak menggunakan sesuatu secara berlebihan. Hemat bisa mencakup alokasi pengeluaran uang, konsumsi, dan pemanfaatan sumber daya lainnya. 

Perbedaan utama antara pelit dan hemat terletak pada niat dan tujuan di balik sifat. Hemat biasanya datang dari niat untuk menahan diri dan membatasi konsumsi hal-hal yang kurang penting. 

Sementara pelit muncul karena kikir dan tamak, tidak ikhlas membantu orang lain, tidak ikhlas mengeluarkan uang selain dengan pertimbangan yang terfokus pada diri sendiri. Pelit juga bisa muncul karena tidak mampu berempati, bahkan ke diri sendiri. 

Sifat bakhil atau pelit ini dibahas dalam Surat Al-Imran ayat 180 yang berbunyi: 

Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di leher mereka pada hari kiamat.”

Sifat pelit juga disinggung dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim (HR. Muslim No. 2578) dengan bunyi: 

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: 

“Jauhilah berbuat zalim karena perbuatan zalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah asy-syuhh (sifat kikir disertai ketamakan) karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” 

Sifat pelit tidak hanya merugikan orang lain, melainkan juga merugikan diri sendiri dan orang-orang terdekat. Terlebih bagi seseorang yang bertanggung jawab secara finansial pada anggota keluarganya, pelit dapat menghambat hak orang lain. 

Seseorang yang pelit dalam mengelola keuangan, bisa membuat orang lain tidak mendapatkan kesempatan yang sebenarnya baik untuk dikejar, membuat orang lain yang mestinya dapat terbantu malah tidak memperoleh bantuan yang nilainya berharga. 

Sementara pelit pada diri sendiri juga membuat seseorang menyusahkan diri sendiri, padahal sebenarnya dia mampu untuk hidup lebih layak dan berpeluang untuk mendapatkan kesempatan. 

Seperti yang diulas dalam hadist di atas, bahwa sifat kikir dapat membinasakan. Orang yang pelit bahkan diri sendiri contohnya, malah berpeluang untuk menghambat diri sendiri melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat membuatnya berkembang. 

Sederhananya, hemat adalah terfokus pada menahan diri agar tidak berlebih-lebihan, namun tetap bersedia meluangkan sesuatu dengan batasan normal. Sementara pelit berasal dari sifat egois dan enggan berbagi untuk hal-hal yang semestinya. 

Itulah perbedaan hemat dan pelit dalam Islam. 

(Nadya Kurnia)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement