Namun saat menunda dan memetik esok hari, ternyata buah pepaya tersebut sudah hilang beberapa biji. Si kakek murung melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
Melihat kondisi ini, si istri merasa iba, ia terheran heran lantaran harga buah yang nilainya tak sebanding dengan pikiran si kakek.
Belakangan apa yang dipikirkan si istri berbeda dengan si kakek yang justru merasa kasihan dengan pemuda pencuri itu. Sebab ia harus menunggu sampai tengah malam sekaligus penuh usaha hanya untuk mendapatkan beberapa buah pepaya. Esoknya, si kakek berinisiatif mematikan pepaya dan menggeletakkan di dekat pohon seperti membantu pencuri.
Siapa sangka, buah pepaya yang ditaruh itu masih utuh dan tak berkurang. Si kakek lantas menunggu sabar hingga keesokan harinya. Kian lama, seorang pemuda tidak dikenal menghampirinya. Ia membawa pepaya matang dan memberikan kepada si kakek sembari meminta maaf.
Pemuda itu menjelaskan bila dirinya masih berniat mencuri pepaya. Namun karena karena dipermudah langkahnya, ia tidak menyadari jika pemilik pepaya tersebut begitu sabar sekaligus baik hati. Sejak saat itu pemuda tersebut sudah memiliki tekad untuk berubah dan tidak mencuri lagi.