"Bisnis ini seolah melupakan kami. Jangan sampai ada orang yang menganggap rendah determinasi dan keinginan kami serta meragukan kemampuan kami membuat sebuah teknologi dan solusi untuk mewujudkan kendaraan bebas karbon," ujar Mohamed Yehya El Bakkali, CEO Atlas E-Mobility.
CTO Atlas E-Mobility, Mohamed Hicham Senhaji Hannoun mengatakan membuat mobil listrik saja sebenarnya tidak akan cukup. Pasalnya mobil listrik membutuhkan industri dan infrastruktur pendukung lainnya untuk dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Hanya saja menurutnya membuat mobil listrik akan jadi batu pijakan pertama untuk langkah selanjutnya. Dia mengatakan Atlas E-Mobility berharap bisa jadi bagian dari solusi komprehensif yang akan menguntungkan Afrika dan kawasan lain dari segi ekonomi berkelanjutan.
"Kami akan menyajikan peta jalan strategis untuk mengembangkan berbagai teknologi mutakhir yang meningkatkan jangkauan, kapasitas baterai, dan infrastruktur pengisian daya untuk menjadikan mobilitas tanpa emisi sebagai pilihan yang realistis untuk semua,” harapnya.
Sayang, keduanya masih belum mengumumkan nama mobil listrik tersebut. Begitu juga dengan detail spesifikasi yang akan dimiliki mobil listrik itu.