Sebelum mencapai batas jarak terdalam, sensor akan memberi sinyal agar alat segera naik dengan dorongan mesin rotor yang dipasang di bagian dasar tabung. ARHEA digerakkan oleh baterai isi ulang yang dapat diisi setiap tiga bulan.
"Sampai di permukaan air, alat ini akan langsung mengirimkan data. Nantinya, setelah seluruh data terkirim dalam waktu 15-25 menit, maka ARHEA akan kembali menyelam," kata Purba.
Sensor yang terpasang dapat mengukur parameter atmosfer, seperti suhu udara, kelembapan, dan tingkat polusi air. Sementara parameter di dalam air seperti untuk mengetahui kondisi salinitas atau kadar garam air laut, derajat keasamaan (pH), suhu air, oksigen terlarut (DO), dan kekeruhan.
Bahkan dapat memprediksi kawasan populasi ikan, sekaligus memetakan areanya. Akurasinya mencapai di bawah 5 meter dari objek yang direkam di bawah permukaan air. Serta dapat difungsikan sebagai alat pengawasan kawasan lindung laut.
ARHEA sudah menjalani serangkaian uji coba di sejumlah perairan Indonesia, di antaranya Pangandaran, Jawa Barat dan Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Bahkan, alat ini sudah diuji coba di perairan Suva, Fiji.