"Pada saat negara-negara lain sudah bisa mengcreate, contoh benang, silk, hanya menggunakan mikroorganisme, jadi data genom, laba-laba kan dia menghasilkan jaring ya, si gen penghasil jaringnya dikeluarkan, dimasukkan ke mikroorganisme disimpan di fermentol, dihasilkan benang, ditarik, dispining jadi benang,” tuturnya.
“Pada saat negara maju sudah menggunakan data genom jadi produk, era data mining, kita masih konvensional. Nah itu kelemahan kita salah satunya,” lanjutnya.
Tak hanya ketertinggalan dalam hal pemanfaatan kekayaan alam dan penguasaan teknologi, faktor selanjutnya yakni karena kondisi Indonesia yang merupakan negara maritim. Sehingga, para peniliti di Indonesia dituntut agar semakin peduli dan jeli dalam hal monitoring.
“Terus yang ketiga, kita negara kepulauan. Jauh sekali jaraknya. Kita perlu mengembangkan pengindraan. Karena kalau kita lemah dalam konteks pengindraan, riset-riset yang dulu dilakukan temen-temen di Lapan, bagaimana kita bisa memonitor,” paparnya.