Namun, kata dia, Hilux Rangga yang diimpor utuh dari Thailand hanya sebatas kabin sasis, mesin, dan pengemudi. Ketika mobil ini sampai di tangan konsumen, dan dikonversi menjadi berbagai macam kendaraan multiguna, maka konten lokalnya akan besar.
"Yang kita impor lebih banyak jenis pick-up dan cab-chassis. Walaupun impor, tapi kinerja untuk domestik income-nya juga besar. Kalau membeli produk yang bensin Rp188 juta (Cab-Chassis 2.0 Standard M/T) karoseri domestiknya lebih besar dibandingkan nilai impornya," ujar Anton.
"Kalau dibeli local content-nya bahkan bisa lebih tinggi dari 40-50 persen. Jadi, ini merupakan kesempatan yang baik untuk karoseri di Indonesia mengembangkan bisnisnya," lanjutnya.
Namun, Toyota Indonesia tetap membuka peluang untuk memproduksi Hilux Rangga di Tanah Air. Terlebih, mereka memiliki kemampuan untuk memproduksi mobil dari platform IMV seperti yang digunakan pada model Innova dan Fortuner.
"Saat ini belum ada (rencana memproduksi lokal Hilux Rangga). (Peluang memproduksi lokal) terbuka saja, karena kan sebenarnya platform IMV di Indonesia juga diproduksi. Diskusi selalu ada. Ini dinamis dan tidak menutup kemungkinan," ujar Anton.
(Dhera Arizona)