4. Serangan siber ke JMTO
Serangan juga menargetkan PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO). Dilaporkan akibat serangan ada 252GB data yang diretas dan diduga pelakunya adalah hacker dengan akun breached.to @desorden.
Serangan yang mengakibatkan kebocoran data ini melibatkan data pengodean, dan dokumen, di 5 server JMTO. Pelanggaran data juga melibatkan pengguna, pelanggan, karyawan, data perusahaan dan keuangan mereka.
5. Serangan siber terhadap data registrasi SIM card
Serangan juga menargetkan data registrasi SIM card yang menyebabkan kebocoran data pribadi para pendaftar nomor HP dengan NIK dan KK di forum hacker breached.to. Pelakunya adalah hacker fenomenal Bjorka.
Tak tanggung-tanggung, jumlah kebocoran mencapai lebih dari 1,3 miliar data yang mencakup NIK, No HP, provider, tgl registrasi, yang mana ukuran file utuhnya menyentuh 87 GB dengan format CSV.
6. Serangan siber terhadap petingggi negara
Serangan ini juga dilakukan oleh Bjorka tak lama setelah ia membongkar 1,3 miliar data registrasi SIM card. Pertama serangan ditujukan kepada Menkominfo, Johnny G. Plate dengan menyebutnya sebagai "idiot" dan membongkar data pribadinya.
Sejumlah pejabat dan tokoh publik lainnya pun tak luput jadi target sasaran termasuk Menteri BUMN, Erick Thohir dan juga cucu Presiden Soekarno, Puan Maharani.
7. Serangan terhadap MyPertamina
Ada lebih dari 44 juta data berukuran 30GB yang berhasil dibocorkan akibat serangan terhadap aplikasi MyPertamina. Keseluruhan data yang berjumlah 44.237.264 data telah dijual di situs hacker breached.to.
Data yang bocor merupakan data terbaru di bulan November 2022. Data mencakup informasi nama, email, NIK, NPWP, gaji, dan sebagainya.
8. Serangan terhadap PeduliLindungi
Serangan yang belum lama terjadi ini mengakibatkan setidaknya lebih dari 3,2 miliar data diperjualbelikan di forum peretas. Data terbagi menjadi 5 file, mencakup data pengguna, data akun, data vaksin, data riwayat check ini, dan data riwayat pelacakan kontak.
Serangan Siber di Beberapa Negara Lain
1. Perang Siber Rusia-Ukraina
Rusia pada masa invasinya telah menyerang infrastruktur Ukraina seperti jaringan listrik, infrastruktur internet, dan sistem bank. Sejak munculnya konflik antara keduanya, hal ini semakin meluas ke sistem yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan dan militer.
Sebelum konflik, banyak yang memandang serangan Rusia sebagai uji lapangan senjata siber mereka. Seperti perang konvensional, konflik dunia maya memberikan kesempatan bagi pihak luar untuk mengamati dan mengukur keefektifan berbagai strategi, teknik, dan senjata teknis itu sendiri.
Kemudian pada awal konflik, Ukraina unjuk serangan sibernya dengan membentuk sukarelawan 'Tentara IT', yang menggunakan situs web yang mencantumkan target Rusia, dengan nama host dan/atau alamat IP.
Hal ini menyebabkan banyak terjadi pelanggaran data di Rusia bersama dengan gangguan layanan (biasanya melalui serangan denial of service (DDoS) terdistribusi).
2. Kosta Rika – Serangan ransomware Conti
Sekelompok penjahat siber yang berbasis di Rusia yang lebih dikenal dengan sebutan Conti berhasil menimbulkan gangguan besar pada operasi keuangan di seluruh Kosta Rika pada bulan April lalu.
Mereka menyerang Kementerian Keuangan dan berhasil melumpuhkan bisnis impor/ekspor Kosta Rika. Terkait hal tersebut, Darurat nasional diumumkan, yang merupakan pengumuman darurat pertama yang disebabkan oleh serangan ransomware.
Satu bulan sejak kejadian tersebut, serangan kedua muncul pada akhir Mei yang menargetkan Dana Jaminan Sosial. Ini juga dikaitkan dengan Conti karena ransomware Hive digunakan dan Conti ikut terlibat.
Ada kemungkinan bahwa aktivitas yang tidak biasa dari Conti ini dimaksudkan sebagai tameng sementara, dimana kelompok tersebut takut sanksi imbas serangan Rusia siber ke Ukraina.