"Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis kami secara teratur dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai. Kami akan terus berinvestasi dalam bisnis kami dan mempekerjakan (karyawan) di area pertumbuhan utama di tahun depan," kata juru bicara Microsoft mengutip Reuters (9/11).
Amazon (AMZN) sebelumnya juga mengumumkan akan melakukan jeda pada perekrutan karyawan.
“Kami mengantisipasi untuk mempertahankan jeda ini selama beberapa bulan ke depan, dan akan terus memantau apa yang kami lihat dalam ekonomi dan bisnis untuk menyesuaikan seperti yang kami pikir masuk akal,” tulis Beth Galetti, wakil presiden senior bidang SDM Amazon (AMZN).
Apple (AAPL) juga dilaporkan melakukan pembekuan perekrutan di semua bidang, kecuali penelitian dan pengembangan.
Muramnya Industri Teknologi AS
Industri teknologi telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir. Saat ini, industri ini tidak terpisahkan di semua sektor termasuk menyediakan banyak pekerjaan, dan memudahkan kehidupan sehari-hari.
Mengutip Statista, pada 2021, sektor teknologi AS menyumbang sekitar USD1,8 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) negara Paman Sam. Jumlah ini merupakan sekitar 9,3% dari total PDB. Sejak 2018, persentase tahunan sektor teknologi dari total PDB tetap relatif konsisten.
Adapun pasar teknologi AS menyumbang 35% dari total pasar dunia. Sementara 31% dikuasai oleh Asia, dan 22% oleh Eropa. Sementara Afrika dan Amerika Latin telah membuat keuntungan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir dengan pasar masing masing 5% dan 6%. Secara keseluruhan, industri teknologi global bernilai sekitar USD5,2 triliun.
Sebelumnya, industri teknologi AS ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,7% pada tahun 2022 dan mempekerjakan sekitar 12,2 juta pekerja pada 2020. Hingga akhir 2021, terdapat lebih dari 585.000 perusahaan teknologi di AS.
Industri teknologi menjadi penopang ekonomi AS kedua setelah industri kesehatan sebesar 10,5%. Sementara sektor lain seperti ritel hanya membentuk 5,5% dari total PDB, dan manufaktur hanya 4,8%.
Perlambatan bisnis di sektor teknologi ini menjadi alarm yang perlu diwaspadai.
Mengutip Bloomberg (8/11), investasi di sektor teknologi ke depannya akan mendapat pengawasan yang lebih besar, menurut Jo-Ellen Pozner, asisten profesor manajemen di Leavey School of Business, Universitas Santa Clara.
“Untuk perusahaan besar, masuk akal untuk berasumsi bahwa gelombang pasang yang telah mengapungkan kapal mereka selama 15 tahun terakhir sekarang jauh lebih berombak,” kata Pozner.
Ia menambahkan para raksasa teknologi ini jelas perlu memangkas dan merasionalisasi proyek yang tidak harus diambil selama satu setengah dekade ke depan karena lingkungan bisnis saat ini.
Dengan para eksekutif teknologi yang semakin pesimis tentang ekonomi global, industri ini telah kehilangan 9.587 pekerjanya hingga Oktober tahun ini.
Pengurangan ini disebut menjadi yang tertinggi sejak November 2020, menurut perusahaan konsultan Challenger, Gray & Christmas Inc.
Challenger menghitung berdasarkan jumlah PHK yang diumumkan atau dikonfirmasi oleh perusahaan di seluruh bisnis telekomunikasi, elektronik, manufaktur perangkat keras, dan pengembangan perangkat lunak.
Adapun selama sekitar empat puluh tahun, sektor teknologi AS telah identik dengan Silicon Valley. Bahkan hub teknologi lainnya seperti Boston dan Austin telah berkembang menjadi area yang menyumbang lahirnya inovasi yang terjadi di depan keyboard dan monitor.
Hingga banyak insinyur teknologi yang mengembangkan aplikasi, program, dan platform yang memenuhi kehidupan digital hari ini.
Penurunan kinerja raksasa teknologi ini jika terjadi secara terus menerus akan berdampak signifikan bagi perekonomian AS. Hal ini juga akan berdampak di seluruh dunia. Gelombang teknologi yang menghipnotis banyak negara termasuk Indonesia pasti akan terdampak di masa depan. (ADF)