Nasib Start-Up di Bawah Monopoli Google
Industri startup Tanah Air disebut yang paling terdampak dari kebijakan Google ini. Hal ini karena ciri khas startup yang harus membangun aplikasi dalam operasional bisnis mereka.
Langkah Google di Indonesia ini memang perlu untuk ditindaklanjuti. Pasalnya, ekosistem startup Tanah Air sedang dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi.
Dari badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah startup, hingga startup yang dinyatakan pailit atau bangkrut, menunjukkan ekosistem bisnis digital ini menunjukkan tren kelesuan.
Terkenal dengan bisnis yang bergantung pada modal ventura dan angel investor, startup harus merestrukturisasi bisnis mereka di tahun ini hingga tahun depan.
Hal ini karena diproyeksikan pendanaan bagi startup diramalkan akan terus turun. CB Insights memproyeksikan pendanaan modal ventura untuk startup akan turun lagi pada Q3 2022.
Menurut laporan CB Insights, pendanaan startup skala global diprediksi akan mencapai USD83,88 miliar pada akhir Q3 2022. Turun dari kuartal sebelumnya yang mencapai USD 110,9 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)
Ini juga menjadi momen pertama pendanaan startup global berada di bawah level USD100 miliar per kuartal dalam setahun terakhir.
CB Insights memperkirakan pendanaan startup akan terus turun setidaknya hingga tahun depan. Kondisi ini didorong melemahnya kinerja portofolio para modal ventura serta terus meningkatnya suku bunga acuan di banyak negara.
Sementara Google tetap meraup cuan di tengah perlambatan ekonomi global dan upaya monopoli ini.
Laba bersih perusahaan induk Google, Alphabet Inc. dilaporkan turun selama dua kuartal berturut-turut di tengah pendapatan Google Services yang tercatat masih naik.
Laba bersih Alphabet turun menjadi USD16 miliar pada Q2 2022, sementara di tahun 2021 mencapai USD18,5 miliar di periode yang sama.
Adapun pendapatan dari Google Services mencapai USD62,8 miliar hingga Juni 2022. Sementara di tahun 2021 hanya mencapai USD57,06 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)
Rincian Pendapatan Alphabet per Segmen
Sumber: Laporan Keuangan Alphabet
Google Services mencakup produk dan layanan seperti iklan, Android, Chrome, perangkat keras, Google Maps, Google Play, Penelusuran, dan YouTube.
Google Services menghasilkan pendapatan terutama dari iklan, penjualan aplikasi dan pembelian dalam aplikasi, produk konten digital, dan perangkat keras, hingga produk berbasis langganan seperti YouTube Premium dan YouTube TV.
Bahkan Google dikabarkan akan melakukan PHK dalam waktu dekat. Alasan efisiensi dari kondisi perlambatan ekonomi global menjadi jurus terjitu perusahaan ini.
Sudah saatnya pasar melalui KPPU melakukan peninjauan kembali atas kiprah perusahaan teknologi AS ini. Di tengah perkembangan teknologi yang kian tak terbendung, seharusnya dominasi pasar bisa lebih diminimalisir dan diregulasi. Google telah berhasil menundukkan pasar hingga pemangku kebijakan dewasa ini. (ADF)