Manajer Pengujian Kvdbil Martin Reinholdsson mengatakan kondisi baterai lebih banyak dipengaruhi pola penggunaan dibanding merek kendaraan. Selain itu, usia kendaraan, iklim suatu negara, cara mengemudi, dan kebiasaan dalam mengisi daya juga memengaruhi kesehatan baterai.
"Kami sedikit terkejut bahwa ada banyak hal baik. Ini bukan sepenuhnya bergantung pada mobil atau produsen pada umumnya. Ini lebih tentang keausan. Usia, iklim gaya mengemudi, dan kebiasaan pengisian daya, berperan cukup besar dalam keausan," ujar Reinholdsson.
Analis tersebut menyarankan untuk tak mengisi daya baterai melebihi 80 persen, khususnya untuk non-LFP. Lalu hindari pengisian daya cepat, jangan digunakan dalam cuaca ekstrem, dan hindari mendiamkan kendaraan dengan kondisi baterai penuh dalam jangka waktu lama.
Hasil riset Kvdbil juga senada dengan temuan perusahaan asal Inggris, Arval. Dalam penelitiannya terhadap 8.300 sertifikat kesehatan baterai, ditemukan rata-rata kondisi baterai berada di angka 93 persen.
(NIA DEVIYANA)