IDXChannel - Elok Musk baru-baru ini mengirimkan email pertamanya pada karyawan Twitter. Email tersebut berisi peringatan agar karyawan perusahaan media sosial itu segera mengakhiri Work From Home (WFH).
Pada email yang dilaporkan oleh Bloomberg News, Elon Musk menyebut ekonomi yang lebih lemah di Amerika Serikat akan berdampak bagi Twitter. Hal itu berdasarkan pernyataan analis yang memproyeksikan pertumbuhan lebih lambat dalam pengeluaran iklan pada 2023.
Padahal, iklan menyumbang sekitar 90 persen dari pendapatan bisnis. Twitter pun sangat terpengaruh oleh hal tersebut.
Menurut pemilik nama lengkap Elon Reeve Musk tersebut, tidak ada cara untuk mengatasi tantangan itu. Oleh karena itu, dia meminta karyawannya untuk berada di kantor minimal 40 jam dalam seminggu.
Musk menambahkan dia hanya akan menyetujui WFH berdasarkan kasus per kasus. Sebelumnya, salah satu orang terkaya di dunia versi Forbes tersebut sudah mengisyaratkan soal penentangannya terhadap WFH.
Namun, dia mengatakan pada Juli lalu dalam sesi Q&A dengan karyawan Twitter, bahwa pekerja yang luar biasa akan diizinkan untuk melanjutkan WFH.
"Jalan di depan sulit dan akan membutuhkan kerja keras untuk berhasil," tulis Musk dalam email yang dilihat oleh Bloomberg seperti yang dikutip dari The Verge.
Selain itu, pria kelahiran 28 Juni 1971 tersebut menambahkan dalam pesan lain, bahwa selama beberapa hari ke depan, prioritas utama yaitu menemukan dan menangguhkan setiap bot/troll/spam yang terverifikasi.
Meski begitu, pendapatan iklan Twitter baru-baru ini dipengaruhi oleh pernyataan dan tindakan Musk. Sejumlah perusahaan besar seperti asuransi Allianz dan Audi, sudah menghentikan pengeluaran iklan di Twitter. Hal itu sebagai tanggapan atas pengambilalihan Musk dan ambisinya untuk mengurangi moderasi pada situs tersebut.
Sebelumnya Musk mengatakan kepada pengiklan, bahwa dirinya sudah mendengar kekhawatiran mereka dan dia menegaskan belum mengubah kebijakan moderasi konten platform.
Sebelumnya Musk juga menyalahkan kelompok aktivis, karena menekan pengiklan untuk menghentikan kampanye, serta menuduh kelompok yang tidak disebut namanya, berusaha menghancurkan kebebasan berbicara di Amerika.
(FRI)