sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perusahaan Senjata AS Raytheon Raup Triliunan Rupiah dari Perang Ukraina

Technology editor Ahmad Islamy
11/10/2024 13:30 WIB
Kontraktor pertahanan AS, Raytheon, meraup untung triliunan rupiah dengan memproduksi senjata dan peralatan militer yang dipasok ke Ukraina.
Perusahaan senjata AS, Raytheon, dilaporkan meraup untung triliunan rupiah dari perang di Ukraina. (Foto: Istimewa)
Perusahaan senjata AS, Raytheon, dilaporkan meraup untung triliunan rupiah dari perang di Ukraina. (Foto: Istimewa)

IDXChannel – Kontraktor pertahanan AS, Raytheon, meraup untung miliaran dolar AS atau triliunan rupiah dengan memproduksi senjata dan peralatan militer yang dipasok ke Ukraina. Padahal, sebelum dimulainya agresi militer Rusia pada Februari 2022, produsen peluru kendali (rudal) terbesar di dunia itu mengalami kesulitan dalam menjual produknya.

Hal itu terungkap lewat laporan pendapatan Raytheon Missiles & Defense (RMD), anak perusahaan yang mengkhususkan diri dalam produksi rudal di bawah naungan RTX Corporation. Menurut analisis kantor berita Sputnik, RMD memproduksi sistem rudal NASAMS langsung untuk Kiev. Sementara rudal Stinger dan Javelin yang diproduksi perusahaan tersebut telah dikirim ke Ukraina sejak awal 2022.

Sebagai produsen sistem pertahanan udara seperti Patriot dan berbagai rudal yang digunakan sistem tersebut, RMD telah menerima pesanan baru untuk sistem rudal sejenis setelah senjata itu dikirim ke Ukraina oleh negara-negara Barat lainnya.

Menurut laporan keuangannya, Raytheon telah mengalami pertumbuhan penjualan selama lima kuartal berturut-turut sejak kuartal keempat 2022. Bagi Raytheon, konflik Ukraina ibarat mendapatkan durian runtuh. Bagaimana tidak, perusahaan itu sempat tertatih-tatih akibat penurunan penjualan selama empat kuartal berturut-turut sebelumnya.

Perincian dari laporan pendapatan Raytheon menggambarkan bagaimana kontraktor pertahanan AS tersebut telah mampu menghasilkan miliaran dolar dari bantuan militer Amerika Serikat yang berkelanjutan ke Ukraina. Perusahaan itu pun berhasil membalikkan prospek bisnisnya dengan memanfaatkan permintaan baru itu.

Menurut laporan pendapatan terbaru, tunggakan Raytheon—yang mengacu pada kontrak pertahanan yang telah ditandatangani namun belum terpenuhi—juga meningkat dari USD63 miliar pada akhir 2021 menjadi USD77 miliar pada akhir kuartal kedua tahun ini. 

Pesanan baru untuk RMD mulai berkurang sejak kuartal IV-2021 dengan penurunan 8 persen yoy. Pada kuartal-II 2022, penjualan RMD anjlok selama tiga kuartal berturut-turut, dengan penurunan mencapai 11 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Kendati demikian, pesanan baru RMD pada kuartal-II 2022 sudah mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan permintaan terhadap produknya menyusul meningkatnya konflik militer di Ukraina pada awal tahun itu.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement