IDXChannel - Kepala Petugas Teknologi Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar, Niyas Abdulrahiman, mengatakan bahwa seluruh rangkaian acara, termasuk para peserta, akan dipantau oleh 15.000 kamera yang dilengkapi dengan teknologi pengenalan wajah (face recognition).
Melansir dari laman Insider pada Rabu (9/11/2022), pengawasan tersebut merupakan bagian dari upaya Qatar untuk menghindari ancaman keamanan seperti terorisme dan hooliganisme selama turnamen, yang diperkirakan akan menarik lebih dari 1 juta pengunjung di lokasi pertandingan.
Menurut Bloomberg, sejak 2010, ketika Qatar memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA, negara tersebut telah menghabiskan lebih dari USD300 miliar untuk membangun infrastruktur baru, termasuk tujuh stadion baru dan jaringan pengawasannya.
“Jaringan pengawasan tersebut akan dijalankan oleh pusat Komando dan Kontrol Aspire, pusat teknis yang mengawasi operasi untuk delapan stadion tempat pertandingan akan dilangsungkan,” kata Abdulrahiman kepada AFP.
"Pada dasarnya kita bisa membuka pintu atau semua pintu di stadion langsung dari sini," tambahnya.
Pusat kendali akan mengawasi semua kereta metro dan bus terdekat. Para ahli dari Universitas Qatar juga telah mengembangkan drone yang dapat memberikan perkiraan jumlah orang di jalanan.
"Apa yang Anda lihat di sini adalah standar baru, tren baru dalam operasi tempat, ini adalah kontribusi kami dari Qatar ke dunia olahraga. Apa yang Anda lihat di sini adalah masa depan operasi stadion," lanjut Abdulrahiman.
Pemantau keamanan akan memungkinkan pejabat untuk memetakan akses ke kamar dan peralatan yang dibutuhkan jika terjadi keadaan darurat di tiap pertandingan.
"Selama tidak ada kerusakan properti dan tidak ada yang terluka, kami hanya akan mengawasi," Kata Hamad Al-Mohannadi, Direktur Pusat Komando, kepada AFP.
Ini bukan pertama kalinya teknologi biometrik digunakan untuk mengawasi penonton di pertandingan sepak bola.
Sebelumnya, BBC melaporkan, Pada final Liga Champions 2017 di Cardiff, Inggris, teknologi pengenalan wajah secara keliru melabeli lebih dari 2.000 orang sebagai penjahat.
Selain adanya penggunaan teknologi biometrik untuk mendeteksi penonton, perusahaan penyiaran Norwegia,NRK, melaporkan pada bulan Oktober bahwa pengunjung yang memasuki Qatar akan diminta untuk mengunduh dua aplikasi seluler yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap privasi pribadi dan keamanan data.