IDXChannel - Tepat satu tahun yang lalu, miliarder dan pemilik baru, Elon Musk, memecat CEO dan para eksekutif lainnnya di kantor pusat Twitter San Francisco.
Tak hanya itu saja, Elon Musk juga mengubah platform media sosial tersebut menjadi X (yang sekarang dikenal).
Pada dasarnya X terasa seperti Twitter, tapi jika para pengguna menghabiskan waktunya akan terlihat perbedaan dari X dengan Twitter.
Musk membongkar fitur-fitur inti Twitter seperti dari nama, logo burung biru, system verifikasi, kelompok penasihat kepercayaan dan keamanannya. Belum lagi moderasi konten dan penegakan ujaran kebencian.
Menurut para pengamat Twitter, masih belum terlihat jelas akan menjadi apa X nantinya, selain itu menjadi hal yang dipertanyakan juga apakah Musk bisa mencapai ambisinya menjadi “aplikasi segalanya” yang digunakan semua orang.
“Saat ini Musk belum berhasil membuat satu pun perbaikan yang berarti pada platformnya dan tidak lagi mencapai visinya tentang 'aplikasi segalanya' dibandingkan tahun lalu,” kata analis Insider Intelligence, Jasmine Enberg. “Sebaliknya, X telah menjauhkan pengguna, pengiklan, dan kini telah kehilangan proposisi nilai utamanya di dunia media sosial: Menjadi pusat berita.”
Sebelum Musk membeli perusahaan X, Musk memiliki pengalaman unik di Twitter yang sangat berbeda dari pengalaman pengguna biasa. Namun sebagian besar perubahan yang dilakukannya pada X didasarkan pada kesannya sendiri terhadap situs tersebut.
“Perlakuan Musk terhadap platform tersebut sebagai perusahaan teknologi yang dapat diubah sesuai visinya dibandingkan jaringan sosial yang didorong oleh manusia dan dana iklan telah menjadi penyebab terbesar matinya Twitter,” kata Enberg.
Bukan hanya identitas platformnya yang goyah, Twitter sudah kesulitan secara finansial ketika Musk membelinya seharga USD44 miliar dalam kesepakatan yang berakhir pada 27 Oktober 2022, dan situasinya tampak lebih berbahaya saat ini.
Musk menjadikan perusahaan itu sebagai perusahaan swasta, sehingga pembukuannya tidak lagi bersifat public. Tetapi pada bulan Juli, Musk yang juga CEO Tesla mengatakan perusahaannya telah kehilangan sekitar setengah dari pendapatan iklannya dan terus menghadapi beban utang yang besar.
“Arus kas kami masih negatif,” tulisnya di situs tersebut pada tanggal 14 Juli, karena “penurunan pendapatan iklan sebesar 50% ditambah beban utang yang besar.”
“Perlu mencapai arus kas positif sebelum kita mendapatkan kemewahan lainnya,” katanya.
Insider Intelligence memperkirakan bahwa X akan menghasilkan pendapatan iklan sebesar USD1,89 miliar tahun ini, turun 54% dari tahun 2022. Terakhir kali pendapatan iklannya mendekati level ini adalah pada tahun 2015, ketika mencapai USD1,99 miliar. Pada tahun 2022, menurut perkiraan perusahaan riset, jumlahnya mencapai USD4,12 miliar.
Penelitian dari luar juga menunjukkan bahwa orang-orang menggunakan X lebih sedikit.
Menurut firma riset Sameweb, lalu lintas web global ke Twitter.com turun 14%, dari tahun ke tahun, dan lalu lintas ke portal ads.twitter.com untuk pengiklan turun 16,5%. Kinerja pada perangkat seluler juga tidak lebih baik, turun 17,8% dari tahun ke tahun berdasarkan gabungan pengguna aktif bulanan untuk iOS dan Android Apple.
(DKH)