“Saat ini Musk belum berhasil membuat satu pun perbaikan yang berarti pada platformnya dan tidak lagi mencapai visinya tentang 'aplikasi segalanya' dibandingkan tahun lalu,” kata analis Insider Intelligence, Jasmine Enberg. “Sebaliknya, X telah menjauhkan pengguna, pengiklan, dan kini telah kehilangan proposisi nilai utamanya di dunia media sosial: Menjadi pusat berita.”
Sebelum Musk membeli perusahaan X, Musk memiliki pengalaman unik di Twitter yang sangat berbeda dari pengalaman pengguna biasa. Namun sebagian besar perubahan yang dilakukannya pada X didasarkan pada kesannya sendiri terhadap situs tersebut.
“Perlakuan Musk terhadap platform tersebut sebagai perusahaan teknologi yang dapat diubah sesuai visinya dibandingkan jaringan sosial yang didorong oleh manusia dan dana iklan telah menjadi penyebab terbesar matinya Twitter,” kata Enberg.
Bukan hanya identitas platformnya yang goyah, Twitter sudah kesulitan secara finansial ketika Musk membelinya seharga USD44 miliar dalam kesepakatan yang berakhir pada 27 Oktober 2022, dan situasinya tampak lebih berbahaya saat ini.
Musk menjadikan perusahaan itu sebagai perusahaan swasta, sehingga pembukuannya tidak lagi bersifat public. Tetapi pada bulan Juli, Musk yang juga CEO Tesla mengatakan perusahaannya telah kehilangan sekitar setengah dari pendapatan iklannya dan terus menghadapi beban utang yang besar.
“Arus kas kami masih negatif,” tulisnya di situs tersebut pada tanggal 14 Juli, karena “penurunan pendapatan iklan sebesar 50% ditambah beban utang yang besar.”