Di sisi lain, kerusakan tersebut berarti perusahaan belum dapat memesan komponen. Toyota pun terus menyelidiki penyebab masalah tersebut. "Kemungkinan besar bukan karena serangan siber,” ujar seorang juru bicara Toyota kepada Reuters, Selasa (29/8/2023).
Operasi Toyota terhenti tahun lalu ketika salah satu pemasoknya terkena serangan siber. Gangguan satu hari tersebut menyebabkan hilangnya produksi sekitar 13.000 mobil.
Penghentian operasional pabrik perakitan ini merupakan pukulan terbaru bagi perusahaan Jepang itu. Beberapa perusahaan dan kantor pemerintah di Jepang telah melaporkan banyaknya panggilan telepon yang menjatuhkan dalam beberapa hari terakhir, yang menurut pemerintah kemungkinan besar berasal dari Tiongkok, menyusul pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Pasifik.
Akibat hal itu, saham Toyota turun 0,3% pada 2.429 yen di awal perdagangan Tokyo.
(FRI)