IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan gelombang PHK ini masih akan terus berlanjut pada sektor layanan digital, mulai dari fintech, edutech dan healthtech.
Menurutnya, hal itu disebabkan oleh tekanan makro-ekonomi yang cukup berat paska pandemi, mulai dari kenaikan inflasi, tren penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, risiko geopolitik dan model bisnis yang berubah signifikan.
"Paska pandemi awalnya diharapkan akan terjadi kenaikan jumlah user dan profitabilitas layanan yang kontinu. Sebaliknya, harapan mulai pupus ketika konsumen terutama di Indonesia dan negara Asia Tenggara berhadapan dengan naiknya inflasi pangan dan energi sekaligus, sehingga mengurangi pembelian barang dan jasa melalui layanan platform digital," papar Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (22/11/2022).
Bhima menilai, hampir sebagian besar startup yang melakukan PHK massal disebut sebagai ‘Pandemic Darling’ atau perusahaan yang meraup kenaikan GMV (Gross Merchandise Value) selama puncak pandemi 2020-2021.
Karena valuasinya tinggi, maka mereka dipersepsikan mudah cari pendanaan baru. Namun faktanya, agresifitas ekspansi perusahaan digital saat ini tidak sebanding dengan pencarian dana baru dari investor.
"Banyak investor terutama asing menjauhi perusahaan dengan valuasi tinggi tetapi secara profitabilitas rendah, atau model bisnis nya tidak sustain (berkelanjutan)," jelas Bhima.
Lebih lanjut ekonom ini mengutarakan, fenomena overstaffing atau melakukan rekrutmen secara agresif menjadi salah satu penyebab PHK massal terjadi.
Banyak founder dan CEO perusahaan yang over-optimis, namun saat kenyataan bahwa pandemi reda, masyarakat lebih memilih omnichannel bahkan secara penuh berbelanja di toko offline (hanya pembayaran pakai digital/mobile banking-transaksi dilakukan manual).
Akibat overstaffing tersebut, biaya operasional membengkak, dan menjadi beban kelangsungan perusahaan digital.
Sebagai gambaran, salah satu perusahaan digital yang melakukan PHK baru-baru ini adalah Ruangguru. CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara mengaku gagal dalam merespons gejolak ekonomi global yang berdampak terhadap kondisi perusahaan dalam negeri, termasuk startup rintisannya.
Pria yang pernah ditunjuk sebagai staf khusus Presiden Jokowi itu memandang ada kekeliruan kebijakan dalam proses rekrutmen yang terlalu besar dan cepat pada saat awal pandemi.