Sebanyak sekitar 45 persen perusahaan, mengatakan bahwa mereka mengetahui penipuan di LinkedIn menggunakan nama merek organisasi mereka.
Laporan tersebut juga menyebutkan, bahwa fungsi utama LinkedIn seharusnya yakni untuk membangun karier tapi dimanfaatkah oleh para scammer atau penjahat siber.
"Salah satu penipuan LinkedIn yang paling umum, menawarkan pekerjaan palsu. Dengan 117 lamaran kerja yang diajukan per detik di platform, penipu memiliki lingkungan yang ideal untuk membuat postingan pekerjaan yang tampak sah untuk dikumpulkan informasi pribadi atau uang," kata laporan itu sepertu yang dikutip dari Gadgetsnow.
Para penjahat siber melakukan peniruan identitas perusahaan untuk melancarkan aksinya. Pihak LinkendIn sendiri pun melihat phising sebagai penipuan yang populer, di mana sang penipu menyamar sebagai perusahaan atau profesional dengan menggunakan profil palsu untuk mengirim pesan atau email yang tidak diminta, namun meminta informasi sensitif.
"Selain itu, menerima undangan untuk terhubung banyak terjadi di platform ini. Pelaku penipuan menggunakan budaya koneksi ini untuk memulai percakapan dan berbagi tautan dengan konten berbahaya yang diharapkan pengguna LinkedIn akan mengkliknya," tambah laporan tersebut.