ECONOMICS

Enam Negara Ini Diprediksi Lolos dari Resesi, Siapa Saja?

Tika Vidya/Litbang MPI 11/10/2022 13:08 WIB

Banyak negara diprediksi akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan.

Enam Negara Ini Diprediksi Lolos dari Resesi, Siapa Saja? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Banyak negara diprediksi akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Bahkan, ekonomi global diprediksi hanya tumbuh 2,9%. 

Dari semua negara yang terancam resesi, terdapat beberapa negara yang diprediksi lolos atau hanya mengalami resesi ringan. Negara-negara ini bahkan diramal mencatat pertumbuhan yang baik. Berikut enam negara tersebut:

1. Belanda

Belanda akan mengalami kontraksi ekonomi pada kuartal terakhir 2022 dan memasuki awal 2023. Bahkan resesi yang mereka prediksi, pertumbuhan untuk 2022 harus menjadi 4,7%. Belanda memperkirakan angka itu akan melemah menjadi 0,5% pada 2023. Bank Belanda ABN Amro mengatakan, kekurangan gas di musim dingin, harga energi yang tinggi, serta inflasi akan mempengaruhi pertumbuhan. 

Ekonomi Belanda dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan Eropa lainnya. Ekonomi Belanda menunjukkan pemulihan yang kuat dari pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan tidak kurang dari lima persen pada 2021. Namun pada 2022-2023 tampaknya akan menjadi tahun yang sulit secara ekonomi. Pada kuartal terakhir 2022 dan kuartal pertama 2023, Belanda mengasumsikan sedikit kontraksi ekonomi yang dikenal sebagai resesi ringan. Hal ini mengakibatkan tingkat pertumbuhan rata-rata 2023 akan negatif. 

2. Filipina

Dalam Asian Development Outlook 2022. PDB Filipina diproyeksikan tumbuh sebesar 6%. Pada 2021, ekonomi Filipina mulai tumbuh sebesar 5,6%. Menurut Country Director ADB Filipina Kelly Bird, hampir semua indikator menunjukkan pertumbuhan yang tinggi untuk Filipina pada 2022 dan pada 2023, kecuali dampak faktor eksternal dari ketegangan geopolitik yang menghambat pertumbuhan secara global. 

ADB (Bank Pembangunan Asia) memperkirakan inflasi akan meningkat 4,2% pada 2022 karena melonjaknya harga minyak serta komoditas global. Namun, inflasi diproyeksi melambat menjadi 3,5% pada 2023. Pemulihan yang terjadi di Filipina ini di antaranya mobilitas masyarakat yang pulih hingga kasus Covid-19 yang mengalami penurunan. 

3. Malaysia

Menurut Ketua Bursa Malaysia Tan Sri Abdul Wahid Omar, Malaysia diprediksi lolos dari bayang-bayang resesi. Di Malaysia, sektor pertanian serta pertambangan menyumbang 14% dari PDB (Produk Domestik Bruto), sektor jasa menyumbang 57%, sektor manufaktur menyumbang 24,3%. Faktor yang berkontribusi pada ketahanan Malaysia merupakan kekuatan serta stabilitas sistem keuangan. Tan Sri Abdul Wahid Omar mengatakan, bank Malaysia dikapitalisasi, dikelola dengan baik, diatur, serta diawasi oleh Bank Negara Malaysia. 

Sistem keuangan Malaysia dilengkapi dengan pasar modal utang serta ekuitas yang baik. Per Juni 2022, pasar modal utang menyumbang RM1,8 triliun, pasar modal ekuitas menyumbang RM1,7 triliun. Malaysia juga rumah bagi pasar modal Islam di dunia dengan RM2,2 triliun, mewakili hampir dua pertiga dari total pasar modal. 

4. Vietnam

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh sebesar 6,7%. Diketahui, perekonomian Vietnam menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah ketidakpastian resesi global. Painchaud dari IMF mengatakan, terlepas dari risiko dan kelanjutan dari resesi 2023, pertumbuhan PDB Vietnam mungkin masih akan menjadi yang tertinggi di antara ekonomi-ekonomi di Asia. 

5. Kamboja

Pertumbuhan ekonomi Kamboja pada 2023 diprediksi 6,2%, yang sebelumnya adalah 6,5%. Pertumbuhan ekonomi di Kamboja diprediksi berada di tempat yang cukup tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain manufaktur yang kuat. Mulai dari produksi alas kaki hingga garmen. 

6. Swiss

Swiss diprediksi lolos dari bayang-bayang resesi meskipun adanya ancaman dari tekanan pasokan energi. Kepala Ekonom Swiss Eric Scheidegger mengatakan, perekonomian Swiss berjalan pada kondisi yang baik meski di tengah ancaman inflasi serta krisis pasokan energi. Scheidegger tidak melihat krisis ekonomi yang serius mengarah ke Swiss. 

Saat ini indikator menunjukkan perekonomian di Swiss juga berkembang baik pada kuartal kedua usai pecahnya perang Rusia-Ukraina. Perekonomian Swiss tidak terpengaruh pada harga energi dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Penggunaan gas di Swiss hanya 5% dari total konsumsi energi. Dalam skenario terburuk, Swiss memperkirakan pertumbuhan nol untuk 2023. Inflasi di Swiss sejauh ini masih berada 3,4%, lebih rendah dibanding negara Eropa lainnya.

(DES)

SHARE