ECONOMICS

Ini Alasan Bos Sampoerna Minta Pemerintah Tinjau Ulang Rencana Kenaikan Tarif Cukai

Dinar Fitra Maghiszha 10/09/2021 11:54 WIB

Kinerja IHT di tahun 2021, setelah mengalami penurunan hampir 10% pada tahun 2020, masih sangat dipengaruhi oleh dampak negatif pandemi Covid-19.

Ilustrasi cukai

IDXChannel - Pemerintah berencana akan menaikkan tarif cukai pada 2022 mendatang. Hal ini dinilai tidak tepat karena akan menurunkan kinerja industri hasil tembakau (IHT). 

Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) Mindaugas Trumpaitis meminta kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana kenaikan tarif cukai pada 2022 dengan alasan bahwa semenjak pandemi, kinerja industri hasil tembakau (IHT) dilaporkan merosot hampir 10% selama 2020.

“Kinerja IHT di tahun 2021, setelah mengalami penurunan hampir 10% pada tahun 2020, masih sangat dipengaruhi oleh dampak negatif pandemi Covid-19," kata Mindaugas, dalam Public Expose Live 2021, secara virtual, Kamis, (9/9/2021).

Bos besar Sampoerna ini memandang imbas kenaikan cukai hingga dua digit selama dua tahun terakhir memberi dampak negatif ke perseroan.

Dirinya menyatakan bahwa penerapan kebijakan cukai pada 2022 'krusial' bagi keberlangsungan usaha dan penyerapan tenaga kerja di sektor tembakau.

"Oleh karena itu, Pemerintah perlu mempertimbangkan kembali secara hati-hati rencana kenaikan tarif cukai 2022 untuk mendukung pemulihan IHT dari krisis sehingga turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional serta penyerapan tenaga kerja,“ tutur Mindaugas.

Seperti diketahui, kenaikan cukai dalam beberapa tahun terakhir memberi dampak keuangan HMSP. Adapun laba kotor perusahaan turun 9,3% dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Persentase tersebut mendorong laba bersih perseroan anjlok 15,4% menjadi Rp4,1 triliun selama enam bulan pertama 2021.

Kendati demikian, konsumsi masyarakat produk HMSP masih cukup signifikan. Itu terbukti dari capaian penjualan bersih HMSP meningkat 6,5% sebesar Rp47,6 triliun.

“Penurunan mobilitas dan ekonomi masyarakat yang cenderung negatif, secara keseluruhan berdampak langsung pada kondisi finansial perusahaan dan kontribusi pajak. Terlepas dari berbagai tantangan yang ada, Sampoerna terus berupaya menjaga stabilitas bisnis dengan terus berkomitmen memperkuat inovasi dan strategi investasi, termasuk pada portofolio Sigaret Kretek Tangan (SKT),” terang Mindaugas.

Perseroan mencatat ada penurunan tren perdagangan (downtrading) di mana perokok dewasa telah beralih ke produk dengan cukai dan harga yang murah.

"Kinerja pangsa pasar Sampoerna pada semester 1 2021 mengalami penurunan sebesar 1,3 persen basis poin menjadi 28,0%. Namun demikian, Sampoerna A, produk utama perusahaan, serta portofolio SKT mencatatkan kenaikan pangsa pasar sebesar 0,5 persen basis poin menjadi 12,5% dan 0,3 persen basis poin menjadi 7,0% pada semester 1 2021," tertulis dalam laporan data keuangan perseroan. (NDA)

SHARE