Sempat Jadi Harapan Pencegahan Covid-19, Begini Nasib GeNose C19 Kini
Tahun 2021 menjadi tahun terkelam bagi Indonesia. Pasalnya, angka kematian akibat Covid-19 di tahun 2021 merupakan tertinggi karena hantaman varian Delta.
IDXChannel - Tahun 2021 menjadi tahun terkelam bagi Indonesia. Pasalnya, angka kematian akibat Covid-19 di tahun 2021 merupakan tertinggi karena hantaman varian Delta.
Pada Mei 2021, Indonesia dihantam gelombang kedua Covid-19 yakni dari penularan Varian Delta yang diketahui menyebar lebih cepat. Meski demikian, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan melemahnya protokol kesehatan juga turut andil dalam mewujudkan second wave di tanah air.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah maupun praktisi kesehatan lain. Salah satunya adalah dengan menciptakan GeNose C19. Genose C19 merupakan alat yang dibuat khusus oleh para ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mendeteksi infeksi virus Corona melalui hembusan napas. Di Indonesia sendiri, GeNose telah mengantongi izin edar dan izin pakai dari Kemenkes RI.
Kehadiran GeNose C19 dalam upaya menanggulangi tingginya angka penularan Covid-19 di tanah air sepanjang pertengahan tahun lalu membawa angin segar. Alat ini dijadikan salah satu alternatif skrining kesehatan pada pelbagai moda transportasi umum di tanah air.
Alat ini mampu mengidentifikasi Covid-19 melalui cara senyawa organik yang mudah menguap atau dikenal dengan sebutan volatile organic compound (VOC). VOC diketahui dapat terbentuk karena adanya infeksi virus Corona dan keluar bersama hembusan napas.
Jika seseorang terjangkit Covid-19, mereka akan menghasilkan VOC yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak terkena. Cara kerja alat ini mudah, seseorang hanya diminta untuk menghembuskan napas ke alat yang berbentuk tabung, kemudian sensor pada alat itu akan mendeteksi VOC.
Untuk mendapatkan hasil, GeNose membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit. Satu unit alat ini mampu melakukan tes hingga 120 kali setiap hari.
Lalu, apakah alat ini cukup ampuh untuk mendeteksi Covid-19 pada seseorang? Menurut sebuah studi, GeNose C19 telah melakukan uji profiling pada 600 sampel Rumah Sakit. Uji tersebut menunjukkan tingkat akurasi hingga 97 persen. Dari hasil inilah alat tersebut dinilai mampu menjadi alternatif untuk mendeteksi virus corona.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari penggunaan GeNose C19:
1. Hasil tes yang cepat dan tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya seperti pada pemeriksaan rapid test.
2. Biaya tes deteksi virus Corona menggunakan GeNose C19 relatif murah, yakni sekitar Rp15.000–Rp25.000.
3. Pengambilan sampel tes berupa embusan napas dinilai jauh lebih nyaman daripada pengambilan sampel dengan metode swab.
Lantas, bagaimana perkembangan alat tersebut kini? Meski mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, namun penggunaan alat tersebut nyatanya tak berlangsung lama. Hasil pemeriksaan rupanya menunjukkan GeNose C19 tidak masuk sebagai syarat pelaku perjalanan rute domestik sejak PPKM Darurat Jawa-Bali Juli lalu diberlakukan.
Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat, dijelaskan pelaku perjalanan harus menunjukkan vaksin minimal vaksinasi dosis pertama serta hasil PCR 2x24 jam atau tes antigen yang berlaku maksimal 1x24 jam.
Menanggapi hal tersebut, tim pembuat GeNose pun angkat bicara. Mereka menyebut GeNose masih digunakan di fasilitas publik. GeNose juga dipastikan tidak ditarik izin edarnya.
Akan tetapi, penggunaan GeNose sebetulnya kerap menuai kritik. Salah satunya adalah Ahli wabah UI Pandu Riono yang mengatakan pemeriksaan melalui GeNose tidak akurat. Bahkan, dia menyebutkan hasil uji validasi alat tersebut tidak pernah diungkap pemerintah.
Bahkan, beredar kabar di media sosial dari para calon pelaku perjalanan moda transportasi yang lebih memilih menggunakan GeNose agar bisa mendapatkan hasil negatif Covid-19.
Sebab, sebagian pelaku perjalanan mendapatkan hasil negatif saat dites menggunakan GeNose. Padahal mereka dinyatakan positif saat melakukan pemeriksaan antigen. Kondisi tes yang tidak akurat inilah yang dinilai menjadi dalang dari kenaikan kasus Covid-19 di Tanah Air.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi pun buka suara menanggapi GeNose C19 yang tidak lagi digunakan. Dia pun membenarkan bahwa produksi dan penggunaan GeNose dihentikan sementara.
Meski demikian, Nadia menyebutkan, GeNose kini dalam tahap pembaruan terkait fitur kecerdasan buatan untuk skrining.
"GeNose terakhir sedang melakukan pemutakhiran untuk Artificial Intelligence-nya, jadi meningkatkan spesifisitas dan sensitivitasnya. Kita tunggu ya kelanjutannya," terangnya.
(NDA)