“Bank Jago itu berisikan bankers yang tidak oportunis. Reputasi kami selama 30 tahun sebagai bankers dipertaruhkan. Jadi kami tetap harus hati-hati, tapi juga harus support modal dan funding,” tuturnya.
Terkait kemitraan dengan ekosistem GoTo, Arief optimistis kontribusi GoTo terhadap pertumbuhan bisnis Jago akan semakin meningkat ke depannya. Menurutnya, akan semakin banyak fitur dan produk keuangan baru yang dapat Jago dan GoTo integrasikan, terlebih setelah meluncurnya aplikasi GoPay.
“Kalau sekarang kontribusi GoTo 35%, saya yakin akan lebih tinggi lagi karena akan lebih banyak lagi saluran untuk Jago bisa mengakuisisi nasabah. Pengguna GoPay App juga akan melihat lebih banyak lagi fungsi fitur kolaborasi (dengan Jago) yang bisa dimanfaatkan,” papar Arief.
Luasnya jaringan ekosistem GoTo, Arief menilai masih banyak potensi kolaborasi yang masih bisa dielaborasi dan dioptimalkan. Potensinya bukan hanya dari sisi pendanaan, melainkan juga dari sisi penyaluran kredit yang lebih luas ke mitra-mitra GoTo.
“Di GoTo itu ada pembeli, driver, merchant, vendor yang punya kebutuhan masing-masing. Misalnya, financing untuk kendaraan, ganti HP, kebutuhan anak sekolah, kebutuhan ekspansi bisnis, dan kebutuhan pribadi lainnya. Itu sudah kami pikirkan, tapi kita lihat lagi jumlah dan segmennya yang bisa Jago kasih funding,” tuturnya.
Menurut Arief, penguatan kolaborasi tidak hanya dengan ekosistem GoTo tetapi juga mitra ekosistem digital lain yang juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan bisnis Jago. Namun, kolaborasi dengan mitra ekosistem lain akan memiliki skala prioritas yang berbeda-beda tergantung eksekusinya. (RNA)